Tuesday, 19 November 2019

Menelusuri Trier, Kota Tertua di Jerman






Dalam perjalanan kami sekeluarga dari Jerman ke Prancis, menelusuri sepanjang sungai Moselle yang cantik di musim gugur, adalah suatu perjalanan yang tak terlupakan. Dimana kami melewati kota dan desa-desa yang cantik dengan bangunan medievel,serta deretan ladang anggur yang berwarna-warni di daratan berbukit-bukit terasa bagai masuk ke dalam dunia dongeng. 





Ketika kami melewati kota tertua di Jerman, Trier, yang tidak jauh dari Luxembourg, kamipun berhenti dan menjelajahi kota yang terkenal dengan julukan ‘Rome from the North’, dan juga kota kelahiran Karl Marx.

Tidak ada yang tahu penduduk asli dari kota Trier, tetapi Trier adalah lokasi penting bagi suku Treveri Celto-Germanic (tercermin dari nama kota dalam bahasa Prancis: Trèves), yang memiliki kuil di tempat yang sekarang berada di Trier. Pada saat kedatangan bangsa Romawi pada abad ke-16 SM, yang membangun sebuah jembatan di sungai Moselle di tengah-tengah pemukiman bangsa celtic Treverer dan mendirikan kota pertama di tanah Jerman sebagai cikal bakal Trier. Dan mereka menamainya Augusta Treverorum, sesuai dengan nama kaisar Romawi pada waktu itu, Augustus. 

Sejak saat itu, wilayah ini berkembang menjadi kota
metropolitan yang penting bagi bangsa Romawi, dan merupakan ibu kota yang kaya
di wilayah barat, dari Afrika Utara hingga Britania. Kota Ausgusta Treverorum
berkembang hingga memiliki jumlah penduduk 80 ribu jiwa, jumlah yang hampir
sama dengan jumlah penduduk  kota tua Trier
saat ini (jumlah keseluruhan penduduk Trier sekitar 103 ribu jiwa).


Di bawah Konstantin yang Agung dan ibunya Helena, kota ini meraih jaman keemasan dan bertahan hingga lebih dari 400 tahun. Yang akhirnya pusat pemukiman dialihkan ke Milan dan pusat pemerintahan ke Arles. Dimana angkatan perang merekapun mesti berperang mempertahankan daerah kekuasaan mereka yang lainnya, Augusta Treverorumpun ditinggalkan.


Setelahnya, kota tanpa pengamanan memadai ini beberapa kali menjadi korban perampokan dan perampasan oleh bangsa Jerman, Viking, dan bangsa nomaden lainnya. Pada masa perang Napoleon, Trier menjadi milik Prancis pada tahun 1794, tetapi kembali ke tangan Jerman lagi pada saat kekalahan Prancis pada tahun 1815; dalam kekaisaran Prusia. Seperti banyak banyak kota lain di Jerman, Trier juga mengalami kerusakan selama Perang Dunia II. Hari ini kota yang terletak di Negara bagian Rhineland-Palatinate (Rheinland-Pfalz) merayakan HUT nya yang ke 2025 pada tahun 2009.

Saat kaki sampai di depan Porta Nigra, salah satu ikon kota Trier, sayapun serasa masuk ke masa silam. Porta Nigra yang berarti gerbang hitam dibangun antara tahun 150 hingga 200 masehi oleh tentara Romawi dari batu-batu alam sekitar wilayah Trier yang berwarna hitam. Gerbang ini merupakan yang terbesar yang masih tersisa hingga kini. Di seberang Porta Nigra, berjejer rumah berwarna warni: biru, merah muda, hijau, dan putih. Bangunan tua yang tetap dipertahankan agar tampak seperti aslinya. 


Porta Nigra


Setelah menikmati Porta Nigra, kami berjalan menuju ke Haupktmarkt melalui Simeonstrasse, yang merupakan jalan penghubung antara Porta Nigra dan Haupktmarkt yang sudah ada sejak jaman Romawi. Tidak lama berjalan kami menemukan sebuah bangunan yang sangat unik dan menarik, yaitu Dreikoenigenhaus atau the House of the three Magi. Sebuah bangunan bergaya gothic berwarna putih dengan dekorasi pola warna warni di sekitar jendela setengah lingkarannya. Dreikonigenhaus adalah rumah bangsawan Romawi dari tahun 1230. Pada waktu itu pertahanan adalah hal pertama yang dikhawatirkan oleh keluarga kaya, oleh karena itu rumah ini lebih mirip menara yang dibentengi.

Keunikan rumah Dreikoenigenhaus adalah bahwa pintu depan rumah sebenarnya terletak beberapa meter diatas tanah, atau istilahnya dilantai atas. Dan pemilik rumah akan menggunakan tangga untuk naik atau turun saat ingin masuk rumah, rempong yah? Dan kini bangunan tersebut bagian lantai dasar telah menjadi sebuah café. Awalnya Trier memiliki sepuluh bangunan seperti ini, kini hanya tinggal tiga yang tersisa.



Dreikoenigenhaus



Setelah jalan beberapa puluh meter, kami sampai di Judengasse dan Hauptmarkt, pusat kota tua Trier. Judengasse dulunya adalah kampong Yahudi, mereka telah menempati wilayah ini sejak abad ke-2 atau ke-3 masehi saat Trier masih dikuasai Romawi. Hauptmarkt merupakan pasar pada jaman Romawi dan hingga kinipun masih berfungsi sebagai pasar.


Di Hauptmarkt terlihat beberapa pedagang sedang menjual dagangannya, ada yg jualan sayur dan buah-buahan, hasil industry rumah dan juga kerajinan tangan. Saya akhirnya membeli dua botol jus anggur hasil home made ala Trier. Bangunan disekitar Hauptmarkt ini merupakan pertokoan, café, restaurant, hotel, dan kios-kios penjual souvenir. Sebagian besar bangunan di sini merupakan Fachwerkhaus atau half-timbered haouses, yakni rumah kuno dengan kerangka terbuat dari kayu-kayu besar yang saling melintang dan di cat warna merah yang menonjol.



 Hauptmarkt

 Tenda para pedagang

Rumah-rumah Half-Timbered Houses dan  di ujung terlihat Porta Nigra



Berjalan sambil menikmati bangunan tua di jalanan yang kadang sempit, akhirnya membawa kami sampai di Dom Zu atau Cathedral Trier atau High Cathedral os Saint Peter in Trier (Hohe Domkirche St. Peter Zu Trier). Cathedral Trier dibangun oleh Konstantin saat ia menjadi Kristen diatas istana Saint Helena. Setelah berabad-abad cathedral ini terus diperbaharui dan dibangun kembali setelah beberapa kali hancur. Gaya bangunannyapun berubah-ubah menurut mode saat itu. Ada kubah Gothic, patung Renaisans dan kapel Barok, tetapi keseluruhan gaya bangunan tetap bergaya Romawi dengan inti Romawi.

Bangunan Dom saat ini punya tiga kapel, beranda, ruang penyimpanan barang berharga, dan ruang barang keramat, dengan rentang waktu pembangunan lebih dari 1650 tahun. Cathedral Trier menampung karya-karya seni besar dan peninggalan suci yang menarik banyak peziarah. Yang paling fenomenal adalah Tunik Suci, pakaian yang menurut legenda dikenakan Yesus saat Ia akan disalibkan. Dikatakan bahwa Helena, ibu kaisar Konstantin membawa pakaian Yesus ke Trier, yang merupakan salah satu pakaian Kristus yang dibagi-bagi oleh tentara Romawi sebelum Ia disalibkan pada masa pemerintahan Herodes.Pada tahun 1986 telah terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO di Trier. 


Tepat disebelah Dom, berdiri megah gereja Liebfrauen yang dibangun sekitar abad ke-13. Meski bersebelahan, kedua gereja ini memiliki gaya yang berbeda. Jika Dom masih dipengaruhi gaya Romawi, Liebfrauen adalah bangunan bergaya Gothic, dengan detail pintu, jendela, dan pilar yang sangat indah. Karena keindahan dan keunikkannya, kedua bangunan ini masuk dalam situs warisan dunia UNESCO.
 




 Cathedral Trier dan di sebelahnya gereja Liebfrauen




 Dom yang indah di Cathedral Dom

 Tunik Yesus (saya ambil foto yg terpampang di dinding, krn tunik ini tidak bisa dilihat, tersimpan di ruangan yg tdk bisa dimasuki siapapun.




Kaki kami lanjut hingga ke Basilika Trier atau Basilica of Constantine, tetapi sayangnya saat kunjungan kami sedang ada renovasi, jadi semua bangunan ini tertutup oleh plastik dan kerangka besi. Jadi kami tidak bisa menikmati keindahan bangunan ini. Tetapi sejarah bangunan dari jaman Romawi ini cukup menarik, karena di basilica inilah Konstantin dinobatkan sebagai kaisar. Gedung tinggi ini terdiri dari sebuah ruangan sangat besar bernama Aula Palatina, dengan ukuran lebar 27,2 meter, tinggi 33 meter dan panjang 67 meter. Bangsa Romawi ingin menunjukkan kebesaran dan kekuasaan mereka melalui arsitektur yang mereka bangun. Konon, saking besarnya ruangan ini, hingga sebuah bunyi orgel akan terdengan gaungnya 7 detik kemudian. Sejak pertengahan abad 19, basilika berfungsi sebagai satu-satunya gereja protestan di Trier, dimana sebagian besar penduduknya menganut agama kristen katolik. Dan basilica ini masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO.



 Basilika Trier (foto dr internet)



Berjalan mengelilingi basilika, kami menemukan Electoral Palace (Kurfürstliches Palais), Istana ini merupakan salah satu istana bergaya rokoko atau barock akhir yang  terindah di dunia. Sekarang istana ini berfunsi menjadi perkantoran pemerintahan.


 Kurfürstliches Palais



Karena waktu tidak memungkin kami meng-explore lebih jauh kota tua yang cantik ini, akhirnya kamipun kembali ke mobil dan menuju ke Paris. Suatu hari nanti saya akan kembali dan menjelajah lebih jauh kota tertua di Jerman ini, diantaranya: Imperial Baths (German: Kaiserthermen), The Römerbrücke (Roman Bridge), house of Karl Marx, dan masih banyak lagi.  

Untuk mencapai kota Trier dapat melalui Frankfurt atau Luxembourg dengan bus atau kereta dari airport. 





HAPPY TRAVELING ......