Dalam perjalanan kami sekeluarga dari Jerman ke Prancis,
menelusuri sepanjang sungai Moselle yang cantik di musim gugur, adalah suatu
perjalanan yang tak terlupakan. Dimana kami melewati kota dan desa-desa yang
cantik dengan bangunan medievel,serta deretan ladang anggur yang berwarna-warni
di daratan berbukit-bukit terasa bagai masuk ke dalam dunia dongeng.
Ketika kami melewati kota tertua di Jerman, Trier, yang
tidak jauh dari Luxembourg, kamipun berhenti dan menjelajahi kota yang terkenal
dengan julukan ‘Rome from the North’, dan juga kota kelahiran Karl Marx.
Tidak ada yang tahu penduduk asli dari kota Trier, tetapi
Trier adalah lokasi penting bagi suku Treveri
Celto-Germanic (tercermin dari nama kota dalam bahasa Prancis: Trèves), yang memiliki kuil di tempat yang
sekarang berada di Trier. Pada saat kedatangan bangsa
Romawi pada abad ke-16 SM, yang membangun sebuah jembatan di sungai Moselle di
tengah-tengah pemukiman bangsa celtic Treverer dan mendirikan kota pertama di
tanah Jerman sebagai cikal bakal Trier. Dan mereka menamainya Augusta
Treverorum, sesuai dengan nama kaisar Romawi pada waktu itu, Augustus.
Sejak saat itu, wilayah ini berkembang menjadi kota
metropolitan yang penting bagi bangsa Romawi, dan merupakan ibu kota yang kaya
di wilayah barat, dari Afrika Utara hingga Britania. Kota Ausgusta Treverorum
berkembang hingga memiliki jumlah penduduk 80 ribu jiwa, jumlah yang hampir
sama dengan jumlah penduduk kota tua Trier
saat ini (jumlah keseluruhan penduduk Trier sekitar 103 ribu jiwa).
Di bawah Konstantin yang Agung dan ibunya Helena, kota
ini meraih jaman keemasan dan bertahan hingga lebih dari 400 tahun. Yang akhirnya pusat pemukiman dialihkan ke Milan dan
pusat pemerintahan ke Arles. Dimana angkatan perang merekapun mesti berperang
mempertahankan daerah kekuasaan mereka yang lainnya, Augusta Treverorumpun
ditinggalkan.
Setelahnya, kota
tanpa pengamanan memadai ini beberapa kali menjadi korban perampokan dan
perampasan oleh bangsa Jerman, Viking, dan bangsa nomaden lainnya. Pada masa
perang Napoleon, Trier menjadi milik Prancis pada tahun 1794, tetapi kembali ke
tangan Jerman lagi pada saat kekalahan Prancis pada tahun 1815; dalam
kekaisaran Prusia. Seperti banyak banyak kota lain di Jerman, Trier juga
mengalami kerusakan selama Perang Dunia II. Hari ini kota yang terletak di Negara
bagian Rhineland-Palatinate (Rheinland-Pfalz) merayakan HUT nya yang ke 2025
pada tahun 2009.
Saat kaki sampai di
depan Porta Nigra, salah satu ikon kota Trier, sayapun serasa masuk ke masa
silam. Porta Nigra yang berarti gerbang hitam dibangun antara tahun 150 hingga 200
masehi oleh tentara Romawi dari batu-batu alam sekitar wilayah Trier yang
berwarna hitam. Gerbang ini merupakan yang terbesar yang masih tersisa hingga
kini. Di seberang Porta Nigra, berjejer rumah berwarna warni: biru, merah muda,
hijau, dan putih. Bangunan tua yang tetap dipertahankan agar tampak seperti
aslinya.
Porta Nigra
Setelah menikmati
Porta Nigra, kami berjalan menuju ke Haupktmarkt melalui Simeonstrasse, yang
merupakan jalan penghubung antara Porta Nigra dan Haupktmarkt yang sudah ada
sejak jaman Romawi. Tidak lama berjalan kami menemukan sebuah bangunan yang
sangat unik dan menarik, yaitu Dreikoenigenhaus atau the House of the three
Magi. Sebuah bangunan bergaya gothic berwarna putih dengan dekorasi pola warna
warni di sekitar jendela setengah lingkarannya. Dreikonigenhaus adalah rumah
bangsawan Romawi dari tahun 1230. Pada waktu itu pertahanan adalah hal pertama
yang dikhawatirkan oleh keluarga kaya, oleh karena itu rumah ini lebih mirip
menara yang dibentengi.
Keunikan rumah
Dreikoenigenhaus adalah bahwa pintu depan rumah sebenarnya terletak beberapa
meter diatas tanah, atau istilahnya dilantai atas. Dan pemilik rumah akan
menggunakan tangga untuk naik atau turun saat ingin masuk rumah, rempong yah?
Dan kini bangunan tersebut bagian lantai dasar telah menjadi sebuah café.
Awalnya Trier memiliki sepuluh bangunan seperti ini, kini hanya tinggal tiga
yang tersisa.
Dreikoenigenhaus
Setelah jalan
beberapa puluh meter, kami sampai di Judengasse dan Hauptmarkt, pusat kota tua
Trier. Judengasse dulunya adalah kampong Yahudi, mereka telah menempati wilayah
ini sejak abad ke-2 atau ke-3 masehi saat Trier masih dikuasai Romawi.
Hauptmarkt merupakan pasar pada jaman Romawi dan hingga kinipun masih berfungsi
sebagai pasar.
Di Hauptmarkt terlihat
beberapa pedagang sedang menjual dagangannya, ada yg jualan sayur dan
buah-buahan, hasil industry rumah dan juga kerajinan tangan. Saya akhirnya
membeli dua botol jus anggur hasil home made ala Trier. Bangunan
disekitar Hauptmarkt ini merupakan pertokoan, café, restaurant, hotel, dan
kios-kios penjual souvenir. Sebagian besar bangunan di sini merupakan
Fachwerkhaus atau half-timbered haouses, yakni rumah kuno dengan kerangka
terbuat dari kayu-kayu besar yang saling melintang dan di cat warna merah yang
menonjol.
Hauptmarkt
Tenda para pedagang
Rumah-rumah Half-Timbered Houses dan di ujung terlihat Porta Nigra
Berjalan sambil
menikmati bangunan tua di jalanan yang kadang sempit, akhirnya membawa kami
sampai di Dom Zu atau Cathedral Trier atau High Cathedral os Saint Peter in
Trier (Hohe Domkirche St. Peter Zu Trier). Cathedral Trier dibangun oleh
Konstantin saat ia menjadi Kristen diatas istana Saint Helena. Setelah
berabad-abad cathedral ini terus diperbaharui dan dibangun kembali setelah
beberapa kali hancur. Gaya bangunannyapun berubah-ubah menurut mode saat itu.
Ada kubah Gothic, patung Renaisans dan kapel Barok, tetapi keseluruhan gaya
bangunan tetap bergaya Romawi dengan inti Romawi.
Bangunan Dom saat ini
punya tiga kapel, beranda, ruang penyimpanan barang berharga, dan ruang barang
keramat, dengan rentang waktu pembangunan lebih dari 1650 tahun. Cathedral
Trier menampung karya-karya seni besar dan peninggalan suci yang menarik banyak
peziarah. Yang paling fenomenal adalah Tunik Suci, pakaian yang menurut legenda
dikenakan Yesus saat Ia akan disalibkan. Dikatakan bahwa Helena, ibu kaisar
Konstantin membawa pakaian Yesus ke Trier, yang merupakan salah satu pakaian
Kristus yang dibagi-bagi oleh tentara Romawi sebelum Ia disalibkan pada masa
pemerintahan Herodes.Pada tahun 1986 telah terdaftar sebagai warisan dunia
UNESCO di Trier.
Tepat disebelah Dom,
berdiri megah gereja Liebfrauen yang dibangun sekitar abad ke-13. Meski
bersebelahan, kedua gereja ini memiliki gaya yang berbeda. Jika Dom masih
dipengaruhi gaya Romawi, Liebfrauen adalah bangunan bergaya Gothic, dengan
detail pintu, jendela, dan pilar yang sangat indah. Karena keindahan dan
keunikkannya, kedua bangunan ini masuk dalam situs warisan dunia UNESCO.
Cathedral Trier dan di sebelahnya gereja Liebfrauen
Dom yang indah di Cathedral Dom
Tunik Yesus (saya ambil foto yg terpampang di dinding, krn tunik ini tidak bisa dilihat, tersimpan di ruangan yg tdk bisa dimasuki siapapun.
Kaki kami lanjut hingga
ke Basilika Trier atau Basilica of Constantine, tetapi sayangnya saat kunjungan
kami sedang ada renovasi, jadi semua bangunan ini tertutup oleh plastik dan
kerangka besi. Jadi kami tidak
bisa menikmati keindahan bangunan ini. Tetapi sejarah bangunan dari jaman
Romawi ini cukup menarik, karena di basilica inilah Konstantin dinobatkan
sebagai kaisar. Gedung tinggi ini terdiri dari sebuah ruangan sangat besar
bernama Aula Palatina, dengan ukuran lebar 27,2 meter, tinggi 33 meter dan
panjang 67 meter. Bangsa Romawi ingin menunjukkan kebesaran dan kekuasaan
mereka melalui arsitektur yang mereka bangun. Konon, saking besarnya ruangan
ini, hingga sebuah bunyi orgel akan terdengan gaungnya 7 detik kemudian. Sejak
pertengahan abad 19, basilika berfungsi sebagai satu-satunya gereja protestan
di Trier, dimana sebagian besar penduduknya menganut agama kristen katolik. Dan
basilica ini masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO.
Basilika Trier (foto dr internet)
Berjalan mengelilingi
basilika, kami menemukan Electoral Palace (Kurfürstliches Palais), Istana ini
merupakan salah satu istana bergaya rokoko atau barock akhir yang terindah di dunia. Sekarang istana ini
berfunsi menjadi perkantoran pemerintahan.
Kurfürstliches Palais
Karena waktu tidak
memungkin kami meng-explore lebih jauh kota tua yang cantik ini, akhirnya
kamipun kembali ke mobil dan menuju ke Paris. Suatu hari nanti saya akan
kembali dan menjelajah lebih jauh kota tertua di Jerman ini, diantaranya: Imperial Baths (German: Kaiserthermen),
The Römerbrücke (Roman
Bridge), house of Karl Marx, dan masih banyak lagi.
Untuk
mencapai kota Trier dapat melalui Frankfurt atau Luxembourg dengan bus atau
kereta dari airport.
HAPPY TRAVELING ......