Pages

Wednesday, 31 December 2025

Kenapa Claude Monet Bertahan 43 Tahun di Giverny, Prancis?

 

Claude monet 


Pernah nggak sih kamu melihat lukisan kolam teratai lalu berpikir:


“Ini pelukis rajin banget ya… melukis bunga doang tapi terkenal sedunia?”


Selamat.

Kamu baru saja berkenalan (secara tidak langsung) dengan Claude Monet — manusia yang berhasil mengubah taman rumahnya sendiri menjadi legenda seni dunia. (Claude Monet juga melukis di Etretat)


Dan kabar baiknya ✨

πŸ‘‰ Rumah dan taman Claude Monet di Giverny, Prancis, bisa kita kunjungi. 

 


🌿 Giverny, Desa Kecil yang Diam-Diam Mendunia


Giverny terkenal bukan karena mall, cafΓ© hits, atau spot viral TikTok.

Desa ini terkenal karena satu alasan sederhana tapi luar biasa:

  • πŸ‘‰ Claude Monet tinggal di sini selama 43 tahun

  • πŸ‘‰ dan menciptakan lebih dari 250 lukisan Water Lilies (NymphΓ©as)


Yes, kolam teratai itu beneran ada.

Bukan efek filter Instagram — ya jelas lah, zaman Monet mana ada InstagramπŸ˜…


NymphΓ©as Claude Monet


 


🌸 Datang dengan Niat Sederhana, Tapi lupa Pulang


Saya datang ke Giverny dengan niat sangat sederhana:

lihat rumah Claude Monet,
foto sebentar,
lalu pulang.

Ternyata niat itu terlalu polos.

Karena 10 menit setelah masuk ke tamannya, saya sadar satu hal penting:

tempat ini berbahaya

— berbahaya buat orang yang gampang terharu,
gampang lupa waktu,
dan gampang mikir,
“Kok hidup gue nggak setenang ini, ya?”


Begitu berdiri di depan kolam teratainya, saya cuma bisa mengangguk pelan:

oh… pantes.

Alhasil, saya benar-benar lupa waktu, tersihir oleh taman ini.

Hari itu kami datang dengan tiga keluarga, total 10 orang, 6 dewasa dan 4 anak-anak. Kami tinggal di kota berbeda di Prancis.

Tapi demi satu nama besar: Claude Monet, kami berkumpul di Giverny. Info Claude Monet Giverny





🏑 Sekilas Tentang Giverny


Giverny adalah desa kecil di wilayah Normandie, sekitar 75 km dari Paris. (Ingin tahu Tempat-tempat tersembunyi yang cantik di Paris?) 


Desanya:

  • tenang

  • jalannya kecil

  • rumah-rumahnya manis

  • suasananya seperti tempat pensiun impian


Kalau bukan karena Claude Monet, mungkin Giverny hanya akan dikenal sebagai desa cantik biasa.

Tapi Monet datang, tinggal lama, membuat taman, dan… boom πŸ’₯

Nama Giverny masuk sejarah seni dunia.

 


πŸš† Cara ke Giverny dari Paris (Mudah & Tanpa Drama)

Tenang, ke Giverny nggak ribet dan nggak mahal.

Dari Paris:

  1. Naik kereta dari Paris Saint-Lazare

  2. Turun di Gare de Vernon–Giverny

  3. Waktu tempuh sekitar 45 menit


Dari stasiun Vernon ke Giverny:

  • 🚲 Sewa sepeda (15–20 menit, jalannya datar & cantik)

  • 🚌 Shuttle bus (musiman)

  • πŸš• Taksi (kalau ingin hidup lebih santai)


Jaraknya cuma sekitar 5 km, tapi pemandangannya bikin lupa jarak.

 


🏑 Rumah Claude Monet: Sederhana di Luar, Hangat di Dalam


Dari luar, rumah Monet terlihat seperti rumah desa Prancis biasa:

  • dinding pink pastel

  • jendela hijau

  • halaman penuh bunga warna-warni


Depan rumah Claude Monet



Tapi begitu masuk…


πŸ›‹️ Bagian Dalam Rumah Monet:

  • Ruang tamu kuning cerah (warna favorit Monet)

  • Dapur biru dengan keramik cantik (Pinterest kalah)

  • Studio lukis dengan replika karyanya

  • Koleksi cetak Jepang (ukiyo-e)

    (iya, Monet ini ternyata pencinta seni Jepang πŸ˜„)

Interior rumah Claude Monet

interior rumah Claude Monet

Koleksi cetak Jepang Claude Monet

U-kiyo Claude Monet

Interior rumah Claude Monet 

Rasanya seperti masuk ke rumah orang yang benar-benar menikmati hidupnya, bukan museum yang kaku.

Saya bisa membayangkan Monet membuka jendela setiap pagi, melihat taman, lalu berkata dalam hati:


“Oke… hari ini kita lukis lagi.”

 

Pemandangan dari Jendela 



🌼 Taman Monet: Kebun, Tapi Level Sultan Seni


Keluar rumah, saya langsung disambut taman depan Monet.

Bunganya… di mana-mana.

Serius. Bukan “ada bunga”, tapi FULL bunga 🌸🌼🌺

Monet tidak sekadar menanam bunga.

Dia:

  • mengatur warna sesuai musim

  • menyusun perspektif untuk lukisan

  • bahkan memindahkan aliran air demi efek cahaya


Hasilnya:

  • warna rapi

  • jalur lurus

  • tapi tetap terasa alami



Taman Claude Monet

Taman Giverny

Taman Giverny 

Taman Giverny 

Rumah Claude monet


Taman ini kelihatan santai, padahal super terencana.

Mirip orang sukses: kelihatannya santai, padahal di balik layar penuh strategi.

 


🌿 Kolam Teratai: Tempat Saya Diam Lebih Lama dari Rencana


Dan tibalah saya di bagian paling terkenal: kolam teratai & jembatan Jepang 🌿

Di sini saya berhenti jalan.

Bukan karena capek, tapi karena… tenang dan damai.


Taman Teratai Claude Monet

Claude Monet

Taman Giverny 

Air diam, teratai mengambang, pohon willow menjuntai, jembatan hijau berdiri manis.

Sekarang saya paham kenapa Monet melukis tempat ini berulang-ulang.

Karena:

  • cahaya pagi berbeda

  • cahaya sore berbeda

  • perasaan yang melihatnya juga selalu berbeda


Di sinilah Monet menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya.

Melukis kolam yang sama — lagi dan lagi — dan tetap dikenang dunia.


Pelajaran hidup hari itu:

πŸ‘‰ kalau sudah nemu passion, ulangin saja. 

 


🌾 Old Mill Giverny: Diam, Teduh, dan Berkesan 


Setelah puas di area rumah Monet yang ramai karena turis, kami berjalan sedikit menjauh untuk makan siang yang terlambat.

Setiap keluarga membawa bekalnya masing-masing, dan kami berpiknik santai di depan sebuah old mill — bekas kincir air tua yang cantik.

Keramaian menghilang.

Suara manusia berganti dengan suara air.


Old Mill Giverny 

Tempat ini bukan “spot wajib foto”, tapi justru jadi salah satu momen paling berkesan buat saya.

Saya duduk, diam dan sambil ngunyah nasi goreng sambil berpikir:

    mungkin Monet juga sering lewat sini,, saat dia butuh diam dan ketenangan. 

 


πŸ’‘ Tips Berkunjung ke Giverny (Biar Tetap Waras)


Dari pengalaman pribadi:

  • ✔️ Datang pagi 

  • ✔️ Beli tiket online

  • ❌ Hindari jam 11–14 (rombongan menyerbu)

  • πŸ“Έ Siapkan memori HP kosong

  • πŸ‘Ÿ Pakai sepatu nyaman


Musim terbaik:

  • 🌸 April–Juni (bunga meledak)

  • πŸ‚ September (lebih sepi, cahaya cantik)

     


 

πŸ’—Apakah Giverny Layak Dikunjungi?

 

Jawaban jujurnya: iya, dan bukan cuma karena Monet.

Giverny adalah tempat untuk:

  • melambat

  • menikmati hal sederhana

  • mengingat bahwa hidup nggak selalu harus terburu-buru


Claude Monet tidak keliling dunia mencari inspirasi.

Dia tinggal, mengamati, dan mengulang.

Dan dari satu taman kecil, lahirlah karya yang dilihat dunia sampai hari ini.

 


🌸 Penutup: Pulang dengan Kepala Penuh Bunga


Saya pulang dari Giverny capek, tapi tenang. Galeri foto penuh. Langkah kaki lebih pelan.

Dan satu pikiran yang ikut pulang:

kadang, yang kita butuhkan bukan liburan jauh, tapi tempat yang bikin kita berhenti sebentar.


Kalau suatu hari kamu ke Prancis dan bingung mau ke mana, ingat satu nama kecil dengan pengaruh besar:


Giverny.

 

 

 

 Yuk Traveling lagi......

 

 

 

 

Saturday, 27 December 2025

Reine: Desa Kecil di Norwegia dengan Pemandangan Paling Dramatis di Dunia






Pernah lihat foto desa yang kelihatannya terlalu cantik sampai terasa seperti hasil editan Photoshop kebanyakan layer?

Itulah Reine, sebuah desa kecil di Kepulauan Lofoten, Norwegia. (Info Reine)

Katanya ke Norwegia itu mahal. Tapi kami datang ke Lofoten berenam, jadi bisa sewa mobil patungan, dan begitu juga sewa penginapan. Perjalanan ini dimulai bukan dengan rencana mewah, tapi dengan satu niat sederhana: ngumpul, jalan bareng, dan menikmati alam Norwegia tanpa bikin dompet menangis 😝


Tim Internasional, Kumpul di Harstad

Kami berjumlah 6 orang:

• 3 orang dari Harstad

• 1 dari Prancis (saya)

• 1 dari Jerman

• 1 dari Troms

Titik kumpul: Harstad

Titik tujuan: Lofoten – ReineTitik kompromi: siapa yang duduk depan, tengah, dan belakang mobil πŸ˜†

Begitu semua lengkap, kami sadar satu hal.

Ini bukan sekadar road trip. Ini sudah seperti mini United Nations versi dingin.πŸ˜…


Paris – Oslo – Harstad: Terbang Jauh demi Sunyi

Perjalanan saya sendiri dimulai dari Paris menuju Oslo, lalu lanjut ke Harstad.

Begitu mendarat di Harstad, yang langsung terasa adalah udara dingin, langit luas, dan kepala yang mendadak terasa lebih ringan.

Norwegia Utara punya efek aneh. Baru datang, tapi rasanya seperti pulang, mungkin karena ini yang ke tiga kali saya ke sini. 


Road Trip dari Harstad ke Lofoten

Kami menginap dua malam di Harstad. Dan ini kertiga kalinya saya menginap di kota ini, di mata pertama kali ke kota inilah saya mengenal lady aurora menari dengan indahnya. 

Dan dari Harstad, kami mulai road trip menyusuri Norwegia Utara.

Dan jujur saja, ini salah satu perjalanan darat tercantik yang pernah saya alami. Padahal ini perjalanan saya yg kedua, tetap saja keindahannya memukau saya.

Sepanjang jalan, pemandangannya hampir tidak masuk akal. Gunung tinggi menjulang, laut biru di sisi jalan, dan desa-desa kecil yang tampak seperti lukisan.

Masalahnya cuma satu.

Setiap lima menit, kami ingin berhenti untuk foto.

“Stop, bagus!”

“Bentar, yang ini lebih bagus!”

“Eh… ini wallpaper banget!”

Akhirnya kami sadar, di Lofoten semua sudut itu fotogenik, bahkan tempat parkir dan jemuran ikanpun cantik. 


Desa Γ…

Sebelum sampai ke Reine, kami mampir di beberapa tempat, salah satunya desa Γ… (untuk info Desa Γ…)

Di sini kami melihat Ikan kod dijemur berjajar di udara terbuka, bergoyang pelan diterpa angin laut. Baunya agak amis, tampilannya sederhana, tapi itulah Lofoten yang asli.

Bukan versi brosur.

Bukan versi editan.



Reine: Desa Mini dengan Efek Emosional Maksimal

Reine adalah desa nelayan mungil di Kepulauan Lofoten, Norwegia Utara. Penduduknya kurang dari 400 orang, tapi pemandangannya bisa bikin kartu memori penuh sebelum sadar diri.

Rumah kayu merah (rorbuer) berdiri di tepi laut, dengan pegunungan runcing yang dramatis sebagai latar belakang. Air lautnya tenang dan jernih.



Reine sering disebut sebagai salah satu desa tercantik di dunia. Dan untuk sekali ini, internet tidak berlebihan.


Reine Bukan Tempat Nongkrong, Tapi Tempat Merenung

Di Reine tidak ada pusat perbelanjaan, tidak ada keramaian, dan tidak ada agenda kejar-kejaran destinasi. 

Yang ada sunyi, bersih, dan tenang. Tidak ada suara kota, tidak ada keramaian, hanya angin, ombak, dan waktu yang seolah berjalan lebih pelan. Serta menikmati alam sambil berpikir tentang hidup.



Aneh, tapi justru di situ letak kenikmatannya.

Desa kecil ini tidak berusaha terlihat indah. Ia memang sudah indah sejak awal.


Nginap Rame-Rame di Reine

Nginap berenam itu ramai, berisik, penuh tawa, dan kadang ada drama rebutan colokan. Tapi entah kenapa, di Reine semuanya terasa hangat, meskipun di luar dinginnya menusuk.

Kami sampai di Reine siang hari, tanpa menunggu lama setelah check in, saya dan beberapa temanpun langsung menjelajahi desa ini. 



Liburan Hemat ala Kami

Karena Norwegia memang terkenal mahal. Karena itu, sejak awal kami sepakat untuk membawa makanan sendiri.

Dan bukan makanan instan biasa.

Kami memasak ayam betutu dengan bumbu asli dari Bali. Bayangkan udara dingin Norwegia, dapur kecil, dan aroma rempah Nusantara memenuhi ruangan. 



Makan rame-rame sambil menatap laut dan gunung terasa seperti kebahagiaan yang sederhana tapi penuh makna. Untungnya tempat menginap kami terpisah dengan sebelah, jadi berisiknya kicauan kami tidak mengganggu siapapun. 



Hunting Aurora: Harapan Tinggi, Langit Mendung, tapiiii…. 

Salah satu tujuan utama perjalanan ini tentu saja berburu aurora borealis.

Setelah menjelajah desa kecil ini, sorenya langit mendung. Setelah makan malam, Kami tetap keluar, berdiri di udara dingin, menatap langit dengan penuh harap.

Hasilnya, aurora muncul tipis dan menghilang dengan cepat. Aduhhh kita di PHP lady aurora cyn…. 



Kita tunggu dan tunggu, ah… Aurora sepertinya memutuskan untuk libur.



Anehnya, kami tidak kecewa. Karena suasananya tetap magis, kebersamaan tetap terasa, dan Norwegia tetap cantik meski tanpa aurora.



Hari kedua

Keesokan paginya, kami memulai pagi dengan seruput kopi panas dengan ditemani pemandangan laut berombak dan gunung tepat di depan mata. Bahkan sebelum mandi, rasanya sudah seperti sedang terapi jiwa.


Tidak lama kemudian alam berubah dengan hujan, angin kencang, akhirnya kami masak nasi goreng. Rasanya sangat Indonesia, dan entah kenapa bikin hati ikut hangat, walau diluar dingin dan hujan. 

Dan Siang itu kamipun kembali ke Harstad, karena hujan dan angin cukup kencang, jadi kamipun tidak berhenti lagi, lebih baik langsung kembali ke Harstad, karena takut bila ada badai.  



Penutup: Aurora Tidak Datang, Tapi Bahagia Tetap Pulang

Perjalanan Paris – Oslo – Harstad – Lofoten – Reine mengajarkan satu hal penting. Liburan tidak harus sempurna untuk menjadi berkesan.



Kadang cuaca tidak bersahabat dan rencana tidak berjalan mulus, tapi justru di situlah cerita lahir.


Tips Buat Kamu yang Ingin ke Lofoten

• Pergi rame-rame lebih seru dan lebih hemat

• Sewa mobil itu wajib di Lofoten (Sewa mobil VIS Leiebil - Harstad

• Bawa makanan sendiri, terutama bumbu

• Jangan terlalu berharap aurora

• Nikmati apa yang ada

 

 



Yuk Traveling Lagi….