Hari
ketiga selama di Interlaken, Swiss, kami berangkat ke Luzern atau
Lucerne. Dari Interlaken ke Luzern hanya 2 jam perjalanan dengan
kereta, dan dengan mobil pribadi sekitar satu setengah jam melalui
jalan pegunungan. Sedangkan dari Zurich-Luzern hanya 45 menit dengan
direct train.
Ketika
mobil yang membawa kami memasuki kota Luzern, pemandangan yang
pertama kali menyambut kami adalah Lukisan besar di dinding gedung,
lukisan seorang gadis membawa buntelan di belakang, seperti sedang
berpetuang. Tidak berapa lama kemudian sampailah kami di kota tua
atau Altstadt. Dan ketika mobil kami melewati jembatan Luzern,
disebelah kanan kami danau Luzern dengan latar pegunungan Rigi,
Pilatus dan Stanserhorn dan sebelah kiri kami Kapellbruecke/ Chapel
Bridge. Sayangnya saat kedatang kami, cuaca kurang cerah, langit
mendung dan angin dingin yang menusuk, tetapi tidak menyurutkan
Semangat kami menjelajahi kota ini.
Lucerne adalah sebuah
kota yang tidak terlalu besar di negara Swiss. Bukan kota
romantis seperti Paris atau klasik seperti,Amsterdam, tapi Lucerne meninggalkan
kesan mendalam sebagai kota yang begitu tenang, bersih dan cantik. Sebuah kota yang begitu berbudaya, kaya
akan sejarah, kaya akan pemandangan yang indah. Sebuah kota yang
sederhana tapi begitu cantik bagaikan putri raja.
Setelah
memarkir mobil, kamipun mulai berjalan menjelajahi kota ini. Pertama
tentu saja Altstadt, sang kota tua. Ketika berjalan di kota tua ini,
kami bertemu bangunan-bangunan dengan berbagai lukisan yang sangat
indah. Tidak bosannya kami mengagumi tiap lukisan di tiap bangunan,
sepnajang jalan di kota tua kepala kami hanya memadang keatas. Dan
lukisan dinding yang paling mengagumkan adalah gedung Pfistern
Guildhall yang terdapat di Kornmarkt.
Lukisan di dinding depan bangunan itu adalah sebuah pohon keluarga
dengan cabang-cabangnya yang berlambang berbagai keluarga yang
tinggal di kota. Lukisan-lukisan ini sudah ada sejak abad 18-19.
Jalanan
di kota ini bersih seperti umumnya jalanan di negara Swiss. Tidak ada
sampah ataupun kotoran binatang. Dan tidak ada kendaraan lalu lalang
di wilayah kota tua, hanya kendaraan pemilik toko dan bangunan yang terparkir. Jadi kami tidak
takut tertabrak kendaraan atau menginjak kotoran ketika menikmati
tiap lukisan di dinding bangunan.
Setelah
puas mengagumi lukisan dinding, kamipun menuju landmark kota ini,
Kapellbruecke atau jembatan Kapel. Sebuah jembatan yang unik
dari kayu dengan sebuah menara air di tengah jembatan. Jembatan
berbentuk diagonal ini dibangun pada tahun 1333, dan terletak di
persimpangan antara sungai Reuss dan danau Luzern dengan panjang 200
meter.
Jembatan
ini memiliki atap, dan di langit-langit sepanjang jembatan terpasang
130 lukisan berbentuk segitiga. Lukisan-lukisan tersebut tentang St.
Mauritius and St. Leodegar, pelindung kota Luzern. Beberapa bagian
dari jembatan dan lukisan adalah hasil restorasi, karena jembatan ini
pernah terbakar pada tahun 1993. Sayangnya kami tidak bisa melewati
jembatan ini karena sedang renovasi, jadi kami melewati jembatan
kecil sebelahnya.
Setelah
menyeberangi jembatan, kamipun lanjut ke Jesuitenkirche/
Katedral Jesuit yang bergaya baroque dengan dua menara dome. Katedral
ini dibangun pada tahun 1666 oleh Father Christoph Vogler. Ketika
masuk ke dalam katedral ini, warna marrble putih yang dipadu dengan
pink sangat cantik. Kamipun menikmati tiap arsitektur dan dekorasi di
dalam katedral ini. Pada saat kunjungan kami, katedral ini sedang di
renovasi, tetapi tidak mengurangi keindahannya.
Perjalanan
lanjut ke Spreuerbrucke atau jembatan Spreuer, dan sebelum
sampai di sana kami melewati Nadelwehr (Needle Weir),
sebuah dam yang terbuat dari kayu untuk mengatur aliran sungai Reuss.
Dan pengaturan air ini masih menggunakan tangan, dengan cara
menaikkan dan menurunkan palang kayu. Nadelwehr ini dibangun
tahun 1860 dan hancur karena banjir tahun 2005, lalu direstorasi lagi
hingga yang terlihat sekarang.
Ketika
menyeberangi Spreuerbrucke (Mill Bridge) yang berbentuk
zig-zag ini, kamipun menikmati lukisan di langit-langit atap jembatan
yang dilukis oleh Kaspar Meglinger pada tahun 1408. Serial lukisan
ini bertema 'Dance of Death', dengan berbagai gambar peperangan
antara manusia dan kerangka manusia, kerangka melayani manusia dan
lain-lain. Dari jembatan inipun kami dapat menikmati pemandangan
sungai Reuss dan bangunan di seblah kanan seperti; Nölliturm
(Nölli Tower), dan Männliturm (littleman tower),
menara- menara ini adalah bagian dari benteng kota (Musegg Wall)
peninggalan abad pertengahan.
Setelah
menyeberang, kembali kami menikmati berbagai lukisan dinding di tiap
bangunan, serta terdapat beberapa air mancur seperti Weinmarkt
fountain, dan Fritschi fountain. Lalu kami sampai di
Kornmarkt (grain market), Rathaus (town hall), sebuah bangunan
dengan menara jam dan atap berwarna merah ini dibangun antara tahun
1602 dan 1606. Pada tahun 1438 lantai dasar bangunan ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan gandum, lalu pada tahun 1447 juga sebagai
kantor wali kota di lantai atas. Pada masa kini kantor walikota sudah
pindah dibangunan lain, dan bangunan ini masih melayani beberapa
pelayanan seperti perayaan perkawinan.
Tidak
terasa hari sudah siang dan perut kami menjerit minta diisi. Kamipun
mencari makan disebuah restaurant take away dan tidak lupa membeli
coklat produksi Swiss yang terkenal akan lezatnya itu. Lalu kamipun mencari tempat
duduk di tepian danau Luzern dengan pemandangan danau yang berhiaskan
perahu turis serta kapal feri dan deretan pegunungan dikejauhan
menghiasi acara makan siang kami.
Setelah
selesai makan siang, kamipun berjalan ke tempat parkir mobil dan
sekali lagi kami melewati salah satu landmark kota ini, Hofkirche
St. Leodegar (Gereja
St. Leodegar). Gereja bergaya gothic
ini sudah berdiri sejak abad ke-8 lalu sebagian gereja hancur karena
kebakaran pada tahun 1633, hanya menara gereja dan beberapa bagian
interior dan altar yang tertinggal dari kebakaran itu. Lalu dibangun
lagi tahun 1633-1639 hingga yang terlihat seperti sekarang. Dan di
depan gereja terdapat beberapa rumah tua abad pertengahan yang indah.
Sebelum
meninggalkan kota Luzern, kamipun mengunjungi löwendenkma
( Monumen Singa). Sebuah monumen singa yang terluka yang terpahat di
dinding tebing batu. Monumen ini didedikasikan kepada tentara Swiss
bagian tengah yang kehilangan nyawa mereka selama melayani Raja Louis
XVI pada masa revolusi Perancis.
Dan
terdapat sebuah tulisan diatas monumen 'HELVETIORUM
FIDEI AC VIRTUTI', yang berarti 'Untuk
Kesetiaan dan Keberanian dari Swiss'. Patung Singa ini di design oleh
Bertel
Thorvaldsen, seorang pematung dari
Denmark. Dan Lucas
Ahorn dari Jerman memahatnya di dinding
batu hingga berbentuk patung pada tahun 1820/1821.
Ketika
melihat patung singa yang terluka ini, kesedihan di wajah singa
tergambar sangat jelas, hingga Mark Twain, penulis kondang dari
Amerika menamai monumen ini «the saddest and most moving piece of
rock in the world».