Sunday, 24 January 2016

Suatu Senja di Candi Muara Takus






Candi Muara Takus terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Candi Budha peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini adalah tujuan akhir kami sebelum kembali ke Pekanbaru. 
Setelah perjalanan yang panjang dari Sumatera Barat, akhirnya kamipun mampir di candi yang serba bata merah ini. Candi ini dapat dicapai dari Pekanbaru sekitar 3 jam atau dari jalan lintas Riau-Sumatera yang seperti kami lakukan.



Ketika mobil mulai berbelok ke jalan kecil untuk menuju ke candi ini, suasana cukup sepi, dengan beberapa rumah serta hutan yang kami lewati. Tidak berapa lama kamipun sampai di kawasan candi Muara Takus, dari jauh yang terlihat adalah candi dengan warna merah bata yang cukup unik dan berbeda dengan candi-candi yang saya kenal selama ini, seperti candi Borobudur atau Prambanan.

Dan baru pertama kali inilah saya bertemu candi yang terbuat dari berbagai jenis batu, yaitu batu bata, batu pasir dan batu kali, tidak seperti candi umumnya yang terbuat dari batu andesit.

Dan tidak ada satupun tulisan atau bukti sejarah yang menunjukkan kapan candi ini dibangun, tetapi yang pasti candi ini dibangun pada masa kejayaan Sriwijaya pada abad VII-XII Masehi.



Candi Muara Takus pertama kali ditemukan pada tahun 1860 oleh seorang arkeolog Belanda, Cornet D Groot. Pada waktu itu di setiap sisi ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini patung-patung tersebut sudah tidak ada bekasnya. 

Kompleks candi Muara Takus terdiri dari beberapa bangunan utama, yaitu:


Candi Tuo

Candi Tuo atau candi Sulung berukuran 32,80 m x 21,80 m dan merupakan candi bangunan terbesar di antara bangunan yang lainnya di kompleks ini. Pada sisi sebelah timur dan barat terdapat tangga, yang menurut perkiraan aslinya dihiasi stupa, sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung singa dalam posisi duduk. Bangunan ini mempunyai sisi 36 buah dan terdiri dari bagian kaki I, kaki II, tubuh dan puncak. Bagian puncaknya telah rusak dan batu-batunya telah banyak yang hilang. Walaupun besar namun candi ini tidak memiliki ruangan kosong di dalam candi.


Candi Tuo



Candi Mahligai

Candi Mahligai atau juga sering disebut stupa Mahligai adalah bagian candi yang paling mencolok dengan bentuk menara yang terbagi dari 3 bagian, yaitu kaki, badan dan kaki. Candi ini berdiri diatas sebuah pondasi bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m. Dan antara pondasi dan menara yang mirip phallus ini terdapat pondamen segidelapan/ atakoma.


Candi Mahligai

Candi Palangka

Candi yang terletak di sebelah timur Candi Mahligai ini terdiri dari batu bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan dinding Candi Mahligai. Dulu sebelum dipugar bagian kakinya terbenam sekitar satu meter. Candi Palangka mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989. Pemugaran dilaksanakan hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena bagian puncaknya yang masih ditemukan pada tahun 1860 sudah tidak ada lagi. Di bagian sebelah utara terdapat tangga yang telah rusak, sehingga tidak dapat diketahui bentuk aslinya. Kaki candi berbentuk segi delapan dengan sudut banyak.



Candi Bungsu

Candi Bungsu terletak di sebelah barat candi Mahligai, dengan bentuk seperti candi Sulung. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) terdapat pada bagian depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian belakang. Pemugaran candi ini dimulai tahun 1988 dan selesai dikerjakan tahun 1990. Melalui pemugaran tersebut candi ini dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu empat persegi panjang dengan ukuran 7,50 m x 16,28 m. Bagian puncak tidak dapat dipugar, karena tidak diketahui bentuk sebenarnya.


 Candi Bungsu


Setelah berkeliling dan menikmati tiap lekuk dan sudut kompleks candi Muara Takus, ada rasa sedih karena beberapa bagian dari bangunan ini telah hilang tidak berbekas, dan juga rasa bangga bahwa Indonesia mempunyai berbagai jenis candi dengan bahan pembuatan yang berbeda-beda.

Dan sebelum hari menjadi gelap, kamipun kembali menuju ke Pekanbaru yang akan memakan waktu 3 jam perjalanan.





2 comments:

BELAJAR BAHASA said...

info yang menarik

Diary si kepik said...

@BELAJAR BAHASA Terima kasih sudah mampir dan senang bisa memberi info tentang candi Muara Takus ini :)