Setelah
perjalanan di wilayah Jungfrau (Lauterbrunnen, Murren, Interlaken dan Brienz) Swiss, kamipun melanjutkan trip musim gugur menuju ke
Lembah Aosta di Italia, yang berbatasan dengan Swiss dan Perancis.
Dalam perjalanan dari Swiss menuju ke Lembah Aosta, kami sangat
menikmati pemandangan pegunungan dan lembah disepanjang jalan yang
berkelok-kelok. Gunung yang berhiaskan salju di puncaknya, lembah nan
indah dengan desa yang bertebaran disepanjang tebing, serta kawanan
ternak di hamparan padang nan hijau.
Jalan pegunungan yang berkelok2 cukup tajam
Dan sebelum memasuki wilayah
Italia, kami melewati terowongan jalan raya dengan sisi kanan yang
terbuka, dimana kami dapat menikmati pemandangan danau dengan
bendungannya yang megah.
Dan
akhirnya kamipun mulai memasuki kawasan lembah Aosta, suatu lembah
yang dikelilingi pegunungan: Cervino, Monte Rosa, Gran
Paradiso dan Mont Blanc. Lembah Aosta adalah suatu region terkecil di
Italia. Dan ibukota lembah Aosta dengan nama yang sama, Aosta.
Ketika
sampai di hotel, hari telah menjelang sore, dan kamipun menikmati
pemandangan pegunungan dan kota Aosta dari sekitar hotel. Setelah
puas menikmati sore disekitar hotel, kami menuju rumah seorang teman
dan makan malam dengan keluarga kecilnya. Dan setelah mengobrol,
kamipun tahu bahwa di lembah ini bahasa yang di pakai selain Italia
juga bahasa Perancis, maka tidak heran bila tanda jalan atau papan
nama terdapat dua bahasa Italia dan Perancis.
Setelah
makan malam kami kembali ke hotel dan beristirahat untuk
mempersiapkan tenaga untuk perjalanan esok hari.
Pada
keesokkan paginya, saat saya membuka jendela kamar, mata sayapun
langsung segar dengan pemandangan pegunungan nan megah serta kota
Aosta yang terletak di kaki pegunungan, sungguh mengagumkan
pemandangan pagi yang tersaji. Dan kamipun menikmati pemandangan ini
dengan sarapan di balkon hotel.
Pemandangan dari jendela hotel
Setelah
sarapan, kamipun memulai perjalanan keliling kota Aosta. Kota yang
dibangun pada masa Romawi pada tahun 25 sebelum masehi ini merupakan
kota yang terletak di jantung lembah Aosta (580 m diatas permukaan
laut), dan dilewati dua buah sungai serta dikelilingi pegunungan nan
menjulang, Grand Combin dan gunung Velan diutara, Monte Emilius dan
Becca di Nona di selatan, dan pegunungan Rutor di barat. Walalupun
lembah Aosta adalah region terkecil di Italia, tetapi merupakan suatu
region penghasil anggur serta menjadi resort ski yang dikagumi.
Setelah
kami memarkir mobil, perjalananpun dimulai dari pusat kota yang penuh
dengan bangunan peninggalan Romawi. Disepanjang jalan pusat kota ini,
kita temukan berbagai jenis toko di sisi kiri dan kanan jalan, toko
suvenir, kue, baju, minuman, restaurant, cafe, dan lain-lain.
Salah satu jalan di pusat kota
Dan
disepanjang jalan ini juga kita dapat menikmati tiap bangunan
peninggalan Romawi.
Yang pertama kami lihat ketika memarkir mobil
adalah Arch of Ausgustus, sebuah gapura Romawi yang dipersembahkan
kepada kaisar Augustus. Gapura ini adalah sebagai jalan masuk ke
pusat kota yang menuju ke Arch of Ausgustus, suatu gerbang utama masuk
ke kota Praitorian pada masa Romawi. Gerbang Praitorian ini mempunyai
3 pintu masuk yang berbentuk lengkungan, dua berbentuk kecil di kiri
dan kanan serta satu besar terletak di tengah. Dan di gerbang ini
pula kita dapat temukan office tourisrme, dimana bila membutuhkan
informasi lebih lengkap tentang kota Aosta serta lembah nan cantik
ini.
Arch of Ausgustus
Praitoria Gate
Tidak
jauh dari Praitoria Gate, kamipun bertemu sebuah menara berbentuk
segi empat yang di bangun pada abad pertengahan, yaitu Tower of
Signori Sancti Ursi. Dan di sebelah kiri dari menara ini terdapat
reruntuhan teater Romawi, yang masih menyisakan dinding serta tempat
duduk penonton yang terbuat dari batu. Walaupun arena ini tidak
sehebat seperti Colosseum di Roma atau Arena di Nimes, tetapi sisa
peninggalan bangunan ini menunjukkan akan kehebatan arena ini pada
masanya. Adapun pada abad pertengahan, banyak rumah penduduk dibangun
diatas arena ini sehingga sisa arena inipun ditelan oleh pemukiman
penduduk. Akhirnya pemerintah merestorasi bangunan arena ini, dan
merubuhkan rumah penduduk yang berdiri diatasnya.
Tower of
Signori Sancti Ursi
Teater Romawi
Reruntuhan Tempat duduk dlm teater
Setelah
puas menikmati sisa Arena Romawi, kamipun menuju ke Town Hall/balai
kota, bangunan megah bergaya neo clasiccal ini dibangun pada tahun
1839 dan berfungsi sebagai balai kota pada masa kini. setelah itu
kamipun lanjut menuju ke Cathedral di Santa Maria Assunta, katedral
yang telah berdiri sejak abad ke 4. Saya sangat mengagumi berbagai
lukisan di sekitar pintu masuk, lukisan di dinding dengan berbagai
warna nan indah.
Dan di samping katedral terdapat sebuah situs yang
sangat mengagumkan, sebuah harta karun yang terpendam,
Criptoporticus. Bangunan yang berupa lorong ini terdapat di bawah
tanah dengan mencakup wilayah yang cukup luas. Tetapi hanya sebagian
kecil yang bisa dimasuki turis, dan lainnya masih dalam proses
perbaikkan dan masih dalam penggalian. Dan belum ada info yang pasti
apakah fungsi bangunan ini, ada yang mengatakan sebagai pasar
tertutup, ada yang mengataan sebagai jalan ketika musim dingin dan
sebagain mengatakan sebagai tempat militer. Apapun alasannya tempat
ini wajib dikunjungi.
Cathedral di Santa Maria Assunta
Lukisan dinding dipintu masuk katedral
Criptoporticus
Setelah dari Criptoporticus kamipun lanjut berjalan di pusat kota ini sambil
menikmati gelato khas Italia. Tidak jauh dari katedral terdapat
gedung Balai Kota yang bergaya Neo Klasik dari tahun 1839, dan
disebelahnya gedung Hotel des Etats yang saling berdampingan. Balai
kota dan alun-alun sekitarnya dinamai Chanoux, yaitu seorang martir
yang melawan penghancuran gereja
San Francesco dan Friary, Emilio Chanoux.
Saat
menyusuri jalanan di pusat kota, ketika
melewati sebuah toko minuman, kamipun tertarik untuk membeli beberapa
minuman khas Italia, Grappa dan Genepy praduksi Aosta, serta tegolose kue
coklat khas Lembah Aosta. Minuman Grappa ada yang dicampur dengan bunga-bungaan, buah-buahan, bumbu, daun-daunan, bahkan ada yang di campur dengan ular! Cukup indah dan seram juga.
Balai Kota
Minuman Grappa
Setelah keliling di kota Aosta,
kamipun lanjut ke Château de Fénis/ Fenis Castle atau kastil Fenis,
terletak di kota Fenis 13 km dari kota Aosta. Kastil dengan bentuk
pentagon yang terkenal dengan banyak menara ini dibangun pada abad
pertengahan, dan menara yang indah ditambahkan oleh Aimone of
Challant pada abad ke-14.
Tiket
masuk ke kastil ini 5.00 euro per orang dan dipandu oleh seorang guide
dengan bahasa Italia atau Perancis. Ketika kaki menginjak di halaman
depan kastil, dimana terdapat tangga naik ke atas kastil, saya
berhenti dan terkagum-kagum dengan lukisan dinding yang menakjubkan.
Lukisan satria berkuda yang sedang menyelamatkan seorang putri nan
jelita, lukisan yang indah bagai dalam buku dongeng.
Didalam
kastil terdapat ruang tidur, ruang tamu, ruang dapur serta kapel
dilantai pertama, dan pada lantai bawah terdapat ruang makan, dapur
serta beberapa senjata.
Kastil Fenis
Menikmati Lukisan Dinding
Usai
tur di kastil Fenis, Saat matahari mulai kembali ke peraduannya,
kamipun kembali ke pusat kota Aosta untuk menikmati suasana sore
menjelang malam saat lampu sorot mulai memperlihatkan kemegahan pada
tiap bangunan tua.
Dan pada
keesokkannya, sebelum kembali ke Perancis, kami menyempatkan diri ke
sebuah industri rumahan pembuatan keju dan juga industri rumahan
pembuatan grappa. Kami sangat menikmati kunjungan ini, dimana kami
dapat melihat dan belajar pembuatan keju secara tradisional dan juga
pembuatan grappa, minuman khas Italia.
Industri Rumahan Pembuatan Keju
Oh ya satu pengalaman di pagi sebelum kita berangkat pulang, saat menunggu suami ke ATM, saya dan anak-anak menunggu di mobil dan kami melihat sebuah stand minuman susu segar. Untuk mendapat satu liter susu segar hanya memasukkan koin 1.00 euro saja. Ahhhh lumayan buat di jalan bila anak haus minuman segar nan sehat.
Happy Traveling....
Ngetrip ke mana lagi....
2 comments:
wooow keren bangte pemandangannya, jadi mupeng ke sana
@Tira Soekardi Ayooo dimariiiiii.... tempatnya asyik...
Post a Comment