Sudah
beberapa kali saya mengunjungi gereja dimana makam Santa Bernadette
berada, yang terletak di kota Never, 245 km dari kota Paris. Dan
setiap kali kunjungan saya selalu terkagum akan jenazah
St Bernadette Soubirous yang tetap utuh walau sudah berumur 130
tahun, hanya bagian wajah dan kedua tangannya saja yang dilapisi
lilin tipis.
Dan
pada kunjungan saya kali ini dengan adik saya, maka sayapun mencari
tahu siapakah Bernadette Soubirous ini, dan akhirnya sayapun mendapat
sedikit cerita yang mengagumkan akan kehidupan, kesederhanaan serta
ketulusan hati Bernadette Soubirous ini.
Ini
sedikit biografi bernadette Soubirous yang saya ambil dari Kaskus.
Bernadette
Soubirous lahir pada tanggal 7 Januari 1844, dari pasangan Francois
Soubirous seorang pengusaha penggilingan gandum yang jatuh miskin dan
isterinya, Louise Casterot. Ia adalah anak pertama dari 9 bersaudara,
tetapi 3 di antara meninggal dunia di masa bayinya. Sebetulnya,
namanya adalah Marie Bernarde tetapi karena perawakannya yang kecil
mungil, ia kemudian biasa dipanggil Bernadette yang berarti Bernarde
kecil. Mereka hidup di Lourdes, sebuah desa di Perancis bagian
selatan tetapi bahasa yang digunakan di sana bukanlah bahasa
Perancis, tapi bahasa Occitan yang mendapat pengaruh dari bahasa
Catalan dan bahasa Spanyol.
Ia dibaptis 2 hari setelah
kelahirannya, yaitu tanggal 9 Januari yang merupakan hari ulang tahun
perkimpoian kedua orangtuanya. Keluarga Soubirous hidup dalam
kemiskinan dan sejak bayi kesehatan Bernadette kurang baik. Ia sering
menderita sakit, terutama asma. Tetapi demikian, ia tetap membantu
ibunya mengasuh kelima adiknya. Dan ketika Bernadette telah dianggap
cukup umur, ia pun harus bekerja sebagai pembantu dan penggembala
ternak. Pada usia 14 tahun, ia adalah anak kecil yang baik, taat dan
ramah, tetapi tidak terlalu terpelajar, khususnya dalam masalah yang
berkaitan dengan doktrin-doktrin dan tradisi-tradisi Katolik.
Suatu
hari, pada tanggal 11 Februari 1858, suatu peristiwa yang luar biasa
terjadi. Ketika ia bersama adiknya Toinette dan seorang temannya
sedang mencari kayu bakar di sebuah gua (grotto) yang disebut
Massabielle (=Batu Besar), di tepi sungai Gave dekat kota Lourdes.
Dia sendirian di dekat gua sementara dua gadis lainnya beristirahat
mengumpulkan kayu. Bernadetta mendengar sesuatu yang aneh:
“Suatu
hari saya dan dua gadis lain pergi ke pinggir sungai Gave. Tiba-tiba
saya mendengar bunyi gemerisik. Saya mengarahkan pandangan ke arah
padang yang terletak di sisi sungai, tetapi pepohonan di sana tampak
tenang dan suara itu jelas bukan datang dari sana. Kemudian saya
mendongak dan memandang ke arah gua di mana saya melihat seorang
wanita mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna
terang. Di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning
pucat, sama seperti warna biji-biji rosarionya.
Saya
menggosok-gosok mata saya, kemudian saya tergerak untuk memasukkan
tangan saya ke dalam lipatan baju saya di mana tersimpan rosario.
Saya ingin membuat tanda salib, tetapi tidak bisa, tangan saya lemas
dan jatuh kembali. Kemudian wanita itu membuat tanda salib. Setelah
usaha yang kedua saya berhasil membuat tanda salib meskipun tangan
saya gemetar. Kemudian saya mulai berdoa rosario sementara wanita itu
menggerakkan manik-manik di antara jari-jarinya tanpa menggerakkan
bibirnya sama sekali. Setelah saya selesai mendaraskan Salam Maria,
wanita itu tiba-tiba menghilang.
Saya bertanya kepada kedua
gadis yang lain apakah mereka melihat sesuatu, tetapi mereka
mengatakan tidak. Tentu saja mereka ingin tahu apa yang telah
terjadi. Saya katakan kepada mereka bahwa saya melihat seorang wanita
mengenakan gaun putih yang indah, namun saya tidak tahu siapa dia.
Saya minta mereka untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun.
Mereka mengatakan saya bodoh karena memikirkan yang
bukan-bukan.”
Bernadette meminta kepada kedua gadis lainnya
untuk menjaga rahasia, tetapi ternyata adiknya mengatakannya kepada
ibu mereka. Ibunya memarahinya dan berkata kepadanya agar
menghilangkan ilusi tolol dari kepalanya. Tetapi Bernadette meyakini
dalam hatinya bahwa kejadian-kejadian itu nyata.
Tiga hari
kemudian tiga gadis itu kembali ke gua, sambil membawa air suci untuk
menguji batinnya. Wanita itu menampakkan diri sekali lagi tetapi
hanya Bernadetta yang dapat melihatnya. Ketika Bernadetta menuang air
suci ke tanah, wanita itu hanya tersenyum. Sekarang Bernadetta yakin
bahwa ini bukan tipuan iblis.
Sekarang seluruh desa sadar apa
yang terjadi Massabielle. Ketika Bernadette kembali ke gua bersama
dengan orang-orang kota untuk ketiga kalinya pada tanggal 18
Februari, wanita itu menampakkan diri lagi dengan permintaan agar
Bernadetta kembali 15 kali lagi dengan jarak waktu yang tetap. Dalam
penampakan ini, wanita itu berkata secara khusus kepada Bernadetta
bahwa dia tidak dapat menjanjikan kebahagiaan baginya di dunia ini,
tetapi bahwa kebahagiaan itu akan menunggunya di surga. Sekitar 100
orang desa mengikuti Bernadette ke gua, beberapa saksi menyatakan
bahwa mereka merasakan suasana berserah hati selama penampakan kepada
Bernadette. Mereka melihat wajah Bernadette diliputi dengan ekspresi
hormat dan tunduk. Walaupun sudah sangat santer beredar kabar bahwa
adalah Bunda Maria sendiri yang memperlihatkan diri, Bernadette
menyatakan bahwa ia sudah menanyakan siapakah wanita itu, tetapi
wanita itu hanya tersenyum mendengar pertanyaannya.
Walaupun
sudah ada 100 orang yang menyertainya selama Bernadette menerima
penglihatan dari sosok wanita yang konon adalah Bunda Maria, banyak
juga orang lain dari Lourdes yang menunjukkan sikap kritis dan
meragukannya. Orang-orang tua dan polisi beberapa kali membawa
Bernadette untuk ditanyai, ia juga menjalani pemeriksaan kejiwaan. Ia
juga ditekan agar tidak kembali ke gua. Walaupun dalam tekanan,
Bernadette tetap sabar dan dengan kepolosan tanpa melebih-lebihkan
tetap memberikan keterangan yang sama.
Seorang dokter
menyertai Bernadette dalam perjalanan berikutnya dan menyimpulkan
bahwa dia tidak menemukan apapun yang abnormal dalam diri Bernadette
selama mengalami ekstase. Itu terjadi pada tanggal 21 Februari,
penampakan keenam kepada Bernadette, ketika perempuan itu berkata
kepada Bernadette:
“Berdoalah bagi para pendosa.”
Sejumlah
besar orang sekarang mengikuti Bernadette ke gua Masabielle, para
pejabat pemerintah gelisah bahwa orang akan terluka atau jatuh di
sekeliling lubang gua. Maka Prokur Kerajaan, M. Dutour, berkata
kepada Bernadette agar dia tidak turun lagi ke gua. Tetapi Bernadette
menolaknya sebab dia berjanji kepada perempuan itu untuk kembali.
Terkejut atas kebulatan tekad Bernadette, Prokur berkata dia akan
memikirkannya. Komisaris polisi, Dominique Jacomet, berharap
Bernadette menghentikan apa yang dianggap sebagai tebakan.
Bagaimanapun, berdasarkan interogasi komisaris tidak menemukan
inkonsistensi dari kisah Bernadette, maka dia hanya mengancam
Bernadette dengan hukuman penjara jika dia kembali ke gua.
Ayah
Bernadette datang ke kantor polisi mengajak Bernadette pulang ke
rumah, dan komisaris memperingatkan dengan keras kepada mereka berdua
agar tidak kembali ke gua. Perintah polisi itu ditentang, dalam
perjalanan pulang ke rumahnya Bernadette berbalik dan kembali ke gua.
Dibayang-bayangi oleh polisi dan orang banyak yang mengikutinya,
Bernadette tidak menerima penampakan hari itu, tetapi dia harus
menanggung ejekan yang menyakitkan hati dari orang-orang yang
memfitnah dan yang tidak percaya.
Dua hari kemudian, pada
tanggal 23 Februari, Bernadette kembali ke gua dan dianugerahi dengan
penampakan Maria lain, yang meminta dengan sangat:
“Penitensi!”
Hari
berikutnya Maria berkata kepada Bernadette:
“Minumlah dari
sumber air ini dan mandilah di situ.”
Bingung karena tidak
ada sumber air di Gua Massabielle, Bernadette mulai menggali tanah
dengan rasa takut, menimbulkan tertawaan dan cemoohan dari orang
banyak yang berpikir dia mulai gila. Tetapi tercenganglah orang
banyak itu, kelembaban mulai merembes dari tanah yang telah
digalinya, dan Bernadette mengambil air, meminumnya, dan mengotori
mukanya dengan lumpur. Orang banyak menertawakannya dan menganggap ia
hanya berbohong. Tetapi beberapa hari aliran air yang kecil itu
mengeluarkan lebih banyak air yang jernih dan berubah menjadi mata
air.
Penduduk setempat mulai mengikuti Bernadette untuk minum
dan mandi dari sumber air yang kini jernih tidak berlumpur itu.
Seorang penduduk desa, Catherine Latapie menyatakan bahwa ia
lengannya yang tadinya lumpuh dapat digerakkan kembali setelah ia
mandi di sumber air itu. Kejadian ini menjadi catatan pertama
mengenai kesembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.
Pada
penampakan yang ketigabelas pada tanggal 2 Maret Bernadette
diperintahkan untuk mengatakan kepada imam agar membangun kapel di
Gua Massabielle. Wanita itu berkata kepada Bernadette bahwa
orang-orang harus datang ke gua dalam bentuk prosesi, tetapi Abas
Peyramale berkata dengan sangat kasar kepada Bernadette bahwa dia
tidak biasa menerima perintah dari penampakan-penampakan aneh, dan
bahwa jika perempuan itu menginginkan kapel dan prosesi-prosesi di
gua pertama-tama dia harus mengidentifikasikan dirinya.
Pada
penampakan yang keempat belas pada tanggal 3 Maret, Bernadette
menanyakan nama sang wanita tersebut, tetapi menurut Bernadette,
wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum, tidak
memberikan jawaban apapun.
Keesokan harinya, pada 4 Maret,
Bernadette diikuti 9 ribu orang kembali ke gua. Untuk kedua kalinya
Bernadette menanyakan nama wanita itu. Tetapi menurut Bernadette,
kembali wanita itu hanya tersenyum. Ketika Bernadette menceritakannya
kepada Abas Peyramale, Abas hanya tersenyum mendengarnya, dan
meyakinkan Bernadette bahwa wanita itu menertawakannya dan Abas
menyuruh Bernadette untuk tidak kembali ke gua itu. Tapi Bernadette
walaupun sempat merasa bimbang, merasa bahwa ia harus tetap pergi.
Tiga
minggu kemudian barulah Bernadette kembali ke gua pada tanggal 25
Maret, Hari Raya Kabar Sukacita Maria dan penampakan ke-16 kepada
Bernadette. Bernadette berkata bahwa setelah tiga kali pertanyaannya
dijawab dengan senyum, setelah Bernadette bertanya untuk keempat
kalinya, wanita itu tidak tersenyum. ”Dengan lengannya ke bawah,
wanita itu mengangkat tatapannya ke surga, dan kemudian dengan
mengatupkan tangannya ke dada, ia berkata kepada Bernadette dalam
bahasa Occitan:
“Que soy era Immaculado Councepciou!”
(“Aku adalah Yang Dikandung Tanpa Dosa”)
Bernadette, gadis
sederhana dengan sedikit pendidikan, tentu saja tidak tahu arti
“Dikandung Tanpa Dosa”, tetapi segera menyampaikan pesan itu
kepada Abas Peyramale. Mendengar kata-kata Bernadette, hati Abas
terpana. Abas bertanya sekali lagi, apakah Bernadette yakin dengan
ucapannya. Bernadette berkata bahwa ia yakin, dan ia mengatakan bahwa
ia mengulang-ulangi kata-kata wanita itu agar ia tidak lupa.
Empat
tahun sebelumnya yaitu tanggal 8 Desember 1854 Paus Pius IX dalam
ensikliknya Ineffabilis Deus mengeluarkan dogma bahwa Bunda Maria
dikandung tanpa dosa. Sudah sejak semula umat beriman secara tradisi
percaya bahwa Bunda Maria sungguh-sungguh mulia dan tanpa dosa karena
mengandung Tuhan sendiri. Tetapi ungkapan teologis ’Yang Dikandung
Tanpa Dosa/Immaculata Conceptio’ tidak banyak dikenal umat selain
para tertahbis yang mendalami teologi dan filsafat. Ketika ungkapan
ini keluar dari mulut Bernadetta, yang bahkan buta huruf, Abas
Peyramale baru diyakinkan bahwa wanita itu adalah sungguh-sungguh
Perawan Maria Yang Diberkati dan bahwa dia datang meneguhkan dogma
Immaculata Conceptio.
Sebuah tempat suci segera dibangun di Gua
Massabielle, dan sumber airnya segera terkenal karena daya
penyembuhannya. Pada tanggal 18 Januari 1862, Uskup Lawrence, Uskup
Tarbes, keuskupan yang membawahi Lourdes, mengeluarkan surat yang
mengakui pe¬nampakan-penampakan di Lourdes sebagai penghargaan
iman:
”Kami meyakinkan bahwa Penampakan ini supranatural dan
berasal dari Allah…”
Bernadette menerima penampakan Maria
yang ke-18 dan itu adalah penampakan Bunda Maria yang terakhir
kalinya bagi Bernadette pada tanggal 16 Juli 1858, pada Pesta Perawan
Maria dari Gunung Karmel. Bernadette tidak pernah mencari nama tenar
dan popularitas, dalam banyak hal ia berharap dapat hidup dengan
tenang karena peristiwa penampakan Bunda Maria dan
keajaiban-keajaiban yang terjadi menarik perhatian banyak orang di
seluruh Perancis dan wilayah sekitarnya. Dalam beberapa tahun
setelahnya ia senantiasa dengan sabar menghadapi banyak orang-orang
yang ingin menemuinya: orang-orang yang berharap kesembuhan hanya
dengan menemuinya, orang-orang yang meragukannya, orang-orang yang
tidak percaya dan menentang, orang-orang penasaran yang ingin
mendengar langsung darinya. Banyak orang yang menceritakan betapa
Bernadette selalu sangat sabar, murah hati dan toleran kepada banyak
pengunjung yang muncul begitu saja ingin menemuinya. Bahkan banyak
orang yang ragu dan menolak penampakan Bunda Maria terkesan terhadap
Bernadette yang tetap rendah hati, jujur dan lugas.
Walaupun
dengan sabar ia menemui tamu-tamunya, Bernadette semakin tertarik
dengan ide memasuki biara untuk dapat hidup tenang. Awalnya ia
tertarik memasuki biara Karmel, tapi kondisi kesehatannya tidak
memungkinkannya mengikuti rutinitas biara Karmelit yang berat.
Akhirnya ia memutuskan dan diterima dalam biara para Suster Charitas
di Nevers, Perancis, pada usia 22 tahun. Saat tiba pertama kalinya di
biara ia diminta untuk menceritakan lagi penglihatannya di hadapan
para suster yang sedang berkumpul, tetapi setelah ia selesai
menceritakannya, suster kepala melarang ia dan seluruh suster lain
membahas penglihatannya lagi dan hidup senormal mungkin di biara
seperti suster lainnya. Ia sangat senang dengan larangan tersebut
walaupun suster kepala mengijinkannya sesekali menemui imam-imam
senior dan uskup yang melakukan wawancara untuk keperluan Gereja. Ia
hidup senormal mungkin di biara dan akhirnya memperoleh kemampuan
baca dan tulis. Ia bekerja merawat orang sakit, dan membuat
hiasan-hiasan taplak altar dan jubah-jubah. Suster Marie-Bernarde
(nama biara Bernadette) sering sakit selama di biara, menderita TBC,
sakit tulang, tumor, asma, dan kesehatan yang memburuk secara
keseluruhan. Dalam suatu serangan asma yang berat, ia meminta air
dari mata air di Lourdes, dan serangan asmanya secara ajaib berkurang
dan ia tidak pernah menerima serangan asma yang buruk lagi. Tapi
Suster Marie-Bernarde tidak memohon kesembuhan dari mata air Lourdes
lagi saat ia menderita tuberkulosis pada tulang lutut kanannya.
Ketika ditanya mengapa ia tidak pergi ke Lourdes untuk memohon
kesembuhan, Bernadette mengatakan bahwa kesembuhan dari Lourdes
bukanlah untuknya, tetapi untuk mereka yang lebih sakit
daripadanya.
Ia menyaksikan perkembangan Lourdes menjadi
tempat ziarah ketika dia masih tinggal di Lourdes antara usia 14-22
tapi sesudah masuk biara ia tidak tahu-menahu lagi dan ia bahkan juga
tidak hadir saat pemberkatan Basilika Yang Dikandung Tanpa Dosa pada
tahun 1876. Kesehatannya semakin memburuk karena serangan TBC dan ia
meninggal pada usia 35 tahun pada tanggal 16 April 1879.
Suster
Nathalie Portat yang menjaga Suster Bernadette menceritakan bahwa
Bernadette kerap menampakkan ekspresi wajah menahan kesakitan dan
meminta rekan-rekannya mendoakan jiwanya. Pada saat terakhirnya, ia
menceritakan bahwa Suster Bernadette mendoakan Salam Maria dengan
penuh kerendahan hati bagaikan seorang anak perempuan kecil pada
ibunya menyatakan dua kali ”Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah
kami yang berdosa ini” Beberapa saat kemudian Bernadette membuat
tanda salib, minum beberapa tetes air dan meninggal dalam
kedamaian.
Ketika tubuh Suster Marie-Bernarde digali 30 tahun
kemudian pa¬da tanggal 30 September 1909, pihak penyelidik Gereja
yang dipimpin oleh Uskup Nevers, Mgr. Gauthey, di hadapan dua dokter
dan seorang suster komunitasnya, menemukan tubuhnya tidak rusak.
Tidak busuk, tidak bau, tidak rusak sedikitpun, meskipun kulitnya
menjadi kering dan tampak hitam setelah dimandikan, maka wajah dan
tangannya dibalut dengan lilin untuk menyembunyikan perubahan warna.
Walaupun demikian, Rosario dan salib dalam genggamannya berkarat.
Mereka membersihkan dan mengenakan pakaian baru sebelum memakamkannya
kembali.
Pada penggalian yang terakhir, tanggal 18 April 1925,
tubuh Bernadette tetap tampak tidak ada tanda pembusukan, walaupun
ada perubahan warna pada wajah dan lesakan pada mata dan hidung.
Gereja setempat kemudian membuat cetakan wajahnya dengan lilin
berdasarkan foto-foto aslinya dan melapisinya di wajah aslinya yang
menghitam. Dewasa ini, tubuhnya tetap diperlihatkan dalam peti kaca
di kapel biaranya, St. Gildard, di Nevers, Perancis, sebagai
pernyataan bagi Perawan Maria dari Lourdes. Kapelnya menjadi tujuan
peziarahan dan tubuhnya tetap utuh hingga hampir 130 tahun setelah
kematiannya pada tanggal 16 April 1879.
Bernadette Soubirous
dikanonisasi menjadi orang kudus pada tanggal 8 Desember 1933 –
Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Dosa. Setiap tahun jutaan orang
datang berdoa di tiga basilika Lourdes dan mengunjungi Gua
Massabielle mengambil bagian dalam penyembuhan melalui sumber air,
yang telah menyembuhkan begitu banyak orang dari penyakit fisik dan
rohani. Salah satu penyembuhan yang paling terkenal adalah
penyembuhan mata Louis Bouriette. Bouriette adalah tukang batu
setempat, matanya yang satu buta, yang membantu untuk membangun kolam
di sekeliling sumber yang telah ditemukan Bernadette. Ketika dia
menggosok matanya yang buta dengan lumpur dan berdoa kepada Perawan
Maria, secara ajaib matanya dapat melihat. Pada tahun 1986, 63
keajaiban lainnya telah dibuktikan kebenarannya oleh pemeriksa medis
yang independen sebagai penghargaan iman. Ia adalah pelindung bagi
orang sakit, keluarga, penggembala dan orang miskin. Sebuah catatan
diberikan kepada kanonisasinya bahwa ia menerima sebutan orang kudus
bukan sepenuhnya karena ia menerima penampakan Bunda Maria, tetapi
terutama karena kesederhanaan dan kekudusan hidupnya
sendiri.
Lourdes pada pertengahan abad kesembilan belas adalah
kota kecil di perbatasan dengan benteng-benteng pertahanan, sebuah
tanda pertempuran-pertempuran di masa silam dengan penduduk yang
bersandar pada kegiatan agrikultur dan hampir semua adalah penganut
Katolik. Kini Lourdes memiliki populasi 15 ribu orang tapi sanggup
menampung lima juta peziarah selama masa peziarahan antara bulan
Maret hingga Oktober. Diperkirakan Lourdes telah menerima peziarahan
200 juta orang sejak tahun 1860.