Setelah
puas mengelilingi Pont du Gard, kamipun lanjut menuju ke kota Nîmes di Perancis Selatan, 720km dari Paris atau sekitar
3 jam dengan kereta berkecepatan tinggi (TGV). Awalnya
kota ini bernama Nemausus dan merupakan permata bagi kerajaan Romawi,
dan pada masa kini merupakan salah satu kota peninggalan
kerajaan Romawi yang paling cemerlang. Selain
kaya akan sejarah, kota inipun terkenal akan para matadornya.
Ketika mobil yang kami
tumpangi memasuki kota Nîmes,
percampuran budaya Perancis Provençal, Romawi dan Spanyol sudah
mulai terasa, dan perbauran masa silam dan masa kini tertata dengan
indah dalam setiap bangunannya.
Setelah
memarkir mobil, kamipun mulai berjalan menyusuri tiap sudut kota
kecil yang artistik serta penuh turis ini. Jalanan kecil berbatu khas
abad pertengahan, kafe-kafe dengan arsitektur khas Perancis
Provençal, serta tidak lupa primadona kota ini, Arenes de Nîmes
tentunya.
Nîmes
merupakan salah satu kota peninggalan Zaman kerajaan Romawi yang
paling cemerlang, yang awalnya bernama Nemausus.
Apa
saja yang bisa kita nikmati di kota bekas kekuasaan Romawi ini? Yuk,
mari kita mulai dengan sang primadona, Arenes de Nîmes.
Arenes
de Nîmes adalah warisan terbaik dari jaman Romawi dan terpilih
menjadi salah satu monumen terbaik di dunia yang masuk dalam daftar
monumen bersejarah UNESCO. Amphiteater ini dibangun dibawah
kekuasaan Kaisar Augustus pada abad pertama yang
berbentuk oval dengan panjang 133 meter, lebar 101 meter, dan tinggi
21 meter, dan dapat menampung 24.000 penonton. Arena yang megah ini
masih berdiri dengan kokoh seakan tidak tersentuh oleh zaman, padahal
pernah terjadi alih fungsi akan kegunaan arena ini pada abad
pertengahan, yang menjadi benteng pengungsian dan akhirnya berkembang
menjadi sebuah kota kecil lengkap dengan istana dan gereja
didalamnya, dengan jumlah penduduk sekitar 700 orang. Pada masa kini
arena ini masih digunakan sebagai tempat pertarungan para Matador
dengan banteng dan juga berbagai perayaan festival. Pada bulan Mei
Arenes de Nîmes menjadi tempat Les Grands Jeux Romains,
para pemain mengenakan costume bangsa Romawi lengkap dengan kereta
kuda, dan para prajurit lengkap dengan atribut seragam Romawi. Para
penonton diajak seakan-akan tenggelam dalam suasana 2000 tahun silam.
Dan pada musim panas kita dapat menikmati Festival de Nîmes, yang
mempersembahkan musik kelas dunia serta berbagai acara lainnya di
dalam amphiteater ini.
Lorong untuk menuju ke tempat duduk di amphiteater
Sebelum
masuk ke dalam arena ini, terdapat sebuah patung matador yang gagah
di depan arena, itulah patung Nimeño II, dengan nama asli
Christian Montcouquiol, terlahir di Jerman dan menjadi matador
terkenal pada masa itu. Matador muda ini mengalami cedera berat saat
bertarung dengan banteng bernama Pañalero, yang mengharuskan dia
pensiun dari karirnya. Karena tidak dapat menerima kenyataan itu,
akhirnya iapun bunuh diri pada umur 37 tahun. Sayang ya?
Narsis dulu dgn Nimeño
II sebelum masuk ke Arena
Setelah
dari Arenes de Nîmes, perjalanan selanjutnya ke Maison
Carrèe yang terletak di Place de la Comèdi, dapat dicapai dengan
berjalan ke arah utara dari Arenes de Nîmes melalui boulevard Victor
Hugo. Maison Carrèe adalah sebuah bangunan kuil Romawi yang
menakjubkan, berbentuk segi empat dan masih terawat baik hingga kini.
Maison Carèe dibangun oleh kaisar Augustus untuk kedua anak
adopsinya, Caius dan Lucius Caesar, yang terinspirasi dari kuil
Apollo dan Mars Ultor di Roma. Bangunan dengan panjang 26 meter dan
tinggi 17 meter ini awalnya adalah sebuah biara suci bangsa Romawi,
lalu beberapa kali berubah fungsi menjadi tempat sidang, kemudian
menjadi gereja di abad pertengahan, dan akhirnya menjadi sebuah
museum yang kita lihat sekarang. Tepat di seberang Maison Carreè ini
terdapat sebuah bangunan yang terdiri dari kaca, itulah Carré d'Art,
museum seni kontemporer, yang dibangun oleh Norman Foster.
Maison Carrèe tampak dari depan
Maison Carrèe tampak dari samping
Perjalananpun
lanjut ke kawasan kota tua yang tidak jauh dari Maison Carrèe, dan
di tengah kota tua ini kami bertemu dengan Cathédrale
Notre-Dame-et-Saint-Castor. Cathédrale yang bergaya
Romanesque-Byzantine ini dibangun akhir abad ke-11. Selain gereja dan
bangunan tua, kita dapat mengunjungi beberapa museum yang terdapat
di kota tua ini.
Cathédrale
Notre-Dame-et-Saint-Castor
Setelah
puas menyusuri kota tua, kamipun lanjut ke list berikutnya, Jardins
de la Fontaine. Jardins de la Fontaine adalah sebuah taman yang indah
dengan koleksi reruntuhan kuil Diana yang dibangun pada 2 masehi
dan hancur pada tahun 1755 saat perang agama, aliran air dari
kanal-kanal yang menuju ke kolam, Le castellum, serta taman yang luas
dan di puncak taman, Mont Cavalier terdapat La tour Magne (menara
Magne) dengan tinggi 30 meter. La tour Magne merupakan sisa menara
pengawas dari reruntuhan tembok yang mengelilingi kota Nîmes pada
masa Romawi. Kita dapat naik keatas menara dan menikmati pemandangan
kota Nîmes dan sekelilingnya. Selama di dalam taman ini, kami sangat
menikmati setiap sudutnya, kolam dengan ikan yang indah serta
kanal-kanal yang artistik, dan tidak lupa terdapat tempat bermain
anak-anak juga.
La Tour Magne
Selain
bangunan peninggalan Romawi, bagi anda yang suka mengunjungi museum,
terdapat beberapa museum di kota ini, antara lain:
Musée d’Histoire Naturelle yang terletak di bangunan yang sama dengan Musée Archéologique.
Musée des Beaux-Arts, 200 meter dari Arenes de Nîmes.
Musèe du vieux Nîmes, menyimpan sejarah kota Nîmes dari jaman Romawi hingga modern, dan di sinilah terdapat kain jeans yang menjadi sejarah 'Jeans' dan 'Denim'.
Dimana
pedagang dari Nîmes mengekspor bahan kain warna biru produk kota
Nîmes ke Amerika untuk pembuatan terpal, dan celana bagi para
pekerja, Dan pada tahun 1870, Levi Strauss seorang imigran dari
Bavarian membuat celana dari bahan kain warna biru itu bagi pekerja
tambang di Wild Wild West, yang terbuat di Genoa (lahirlah kata
'jeans' dari 'Genoa), dan bahan de Nîmes (dari Nîmes), itulah awal
lahirnya kata 'Denim'. Dulu saya selalu berpikir celana jeans, denim
itu dari Amerika.
Oh iya.... Selama di kota ini, saya selalu melihat logo kota Nîmes dengan lambang seekor buaya dirantai di pohon palem dengan tulisan 'COL NEM'. Lalu sayapun menemukan bahwa semua itu berkaitan dengan Romawi, dimana pohon palem adalah simbol Romawi kuno yang berarti kemenangan, sedangkan buaya adalah arti Mesir, dan kata COL NEM adalah Colonia Nemausus.
No comments:
Post a Comment