'Bondia,
Diak kalae...', itulah salah satu kata yang sering saya dengar ketika
berada di tanah Timor Leste/ Timor Lorosae, yang berarti 'selamat
pagi, apa kabar' dalam bahasa Tetum, bahasa resmi Timor Leste, selain
bahasa Indonesia dan bahasa Portugis yang masih di pakai.
Terakhir
saya menginjakkan kaki di sini tahun 2005. Banyak pengalaman dan
kenangan akan negara nan esotik ini, dengan senyuman penduduk
setempat dan bahasa campuran antara dialek setempat dan bahasa
Portugis yag berkembang menjadi bahasa Tetum.
Untuk
mencapai kota Dili, ibu kota Timor leste, dapat melalui jalan darat
dan udara, dan visa yang berlaku adalah Visa On Arrival dengan biaya
35 dolar, dan mata uang yang di pakai adalah dolar AS. Jika ingin ke
Timor Leste lewat jalan darat, dapat naik travel dari Kupang di pagi
hari dengan transit di Atambua untuk makan siang, lalu lanjut hingga
diperbatasan dan dapatkan VOA, lalu perjalanan lanjut hingga ke
tujuan pada sore hari. Jika ingin naik pesawat dari Denpasar bisa
menggunakan Merpati atau Sriwijaya Air dengan harga tiket mulai dari
Rp.1,5 – 2,4 juta sekali jalan. Dulu tahun 2005 terdapat
penerbangan dari Kupang-Dili, Kakoak Air, yang menggunakan pesawat
Cassa 212 berkapasitas 18 tempat duduk, penerbangan hanya 2 kali
seminggu, pada jumat dan minggu, tetapi tidak berapa lama penerbangan
ini beroperasi, akhirnya gulung tikar.
Anak-anak lokal
Kota
Dili yang terletak di tepi pantai adalah sebuah kota yang kecil dan
jangan membayangkan pemandangan dan kehidupan seperti di ibu kota
Jakarta ataupun negara lain, mungkin akan membosankan bagi yang suka
ke mal atau shopping. Malam hari di Dili artinya kesunyian,
toko-toko, warung-warung jam 19:00 sudah tutup, meskipun ada beberapa
tempat buka hingga tengah malam tetapi tidak seperti kehidupan malam
di kota besar. Namun menurut informasi yang saya dapatkan, sudah ada
sebuah mal di kota Dili, namanya Plaza Dili, dan di plaza ini juga
terdapat sebuah biskop yang memutar film-film terbaru, dan juga
terdapat sebuah mercu suar di pelabuhan Dili. Bila sore tiba, maka akan
banyak pedagang yang menjajakan makanan di depan pantai dengan
menggelar kursi-kursi plastik di atas pasir pantai.
Gedung kantor perdana Menteri (foto teman)
Pantai disekitar Cristo Rei
Selain
itu kita dapat mengunjungi landmark kota ini, yaitu patung Kristus
Raja, Cristo Rei, yang terletak dipuncak sebuah tanjung yang menjorok
ke laut, Fatucama, 30 menit dari Dili. Pemandangan dari puncak dimana
terletak patung Crito Rei ini, kita dapat melihat pemandangan laut
yang indah disebelah kiri dan kanan, serta kota Dili di kejauhan. Dan
bila ingin melihat keseluruhan tanjung ini yang berbentuk kepala
buaya yang mengambang diatas air, maka dapat dilihat dari jalan yang
menuju ke Maubesse.
Patung
Cristo Lei dibangun pada masa pemerintahan Soeharto, tepatnya 1996.
Patung ini mendapat penghargaan dari museum rekor Indonesia (MURI)
sebagai patung tertinggi di Indonesia. Tinggi patung ini mencapai 27
meter, yang melambangkan Timor Timur sebagai provinsi ke-27. Patung
ini merupakan patung tertinggi ke-2 di dunia setelah patung Christ
Redemeer yang tingginya mencapai 38 meter di atas puncak Corcovado,
di Taman Nasional Hutan Tijuca, kota Rio De Janeiro, Brazil.
Dan bagi pecinta diving, mungkin bisa mencoba ke peraian dekat Tibar, dimana dapat menemui penyu, barakuda, hiu kecil dan tuna, dan spot penyelam lainnya di Pulau Atauro, yang berjarak 20-25 km di utara Dili. Kadang di pulau ini dapat menemukan lumba-lumba yang berlompatan dan berkejaran dengan perahu, pada bulan Oktober dapat ditemui ikan paus yang melewati daerah ini. Kora-koral di sinipun tidak kalah indahnya.
Jalan menuju ke Cristo Rei
Kartu pos dengan gambar Cristo rei
Pemandangan bukit Fatucama yg spt kepala buaya
Salah
satu kesukaan saya selama di Dili adalah ke pasar tradisional Tais
Market di Colmera, dengan bangunan semi permanen yang menjual
berbagai barang kerajinan tangan khas Timor Leste, seperti kain tais,
tas, gelang, dan berbagai cinderamata lainnya. Dan di sini juga kita
dapat melihat langsung para pedangang yang menenun kain tais.
Oh
iya ada satu pengalaman saya ketika di Dili soal naik taxi. Taxi di
Dili tidak memakai argo, harga tergantung kesepakatan antara
penumpang dan supir. Dan suatu kali, saat saya berada didalam taxi
menuju ke pantai Dili, tiba-tiba supir taxi menghentikan taxinya dan
menerima penumpang lain yang menuju arah yang sama, dan tidak hanya
sekali bisa berkali-kali selama taxi masih ada tempat duduk. Jadi
jangan kaget bila taxi mengangkut dua atau tiga penumpang berbeda
sekaligus. Selain taxi, terdapat juga transportasi lain dalam kota
yaitu angkot yang sama seperti di Indonesia.
Rombongan acara adat atau keagaaman dgn baju tradisional
Biaya
kehidupan di Timor Leste relatif mahal, dikarenakan memakai mata uang
dolar AS, dan bahan pokok kebanyakan dari Indonesia atau negara lain.
Tetapi jangan kuatir soal makanan, di sini makanan Indonesia tetap
melekat dan menjadi salah satu makanan yang digemari. Banyak restoran
atau warung-warung yang dimiliki oleh orang Indonesia. Selain itu
juga terdapat banyak jenis makanan ala Portugis. Sedangkan makanan
khas Timor Leste juga bisa kita dapatkan di beberapa warung yang
dimiliki oleh orang asli Timor Leste. Satu pengalaman saya ketika
makan roti khas Timor Leste adalah roti paun, yang seperti baguette
tetapi berbentuk bulat dan keras. Pertama kali saya makan roti ini di
suatu pagi, rasanya saya seperti makan roti yang sudah kering
berhari-hari, dan cara makannya bisa di celup ke kopi atau susu. Satu
makanan yang saya suka ketika berada di Dili adalah sayuran singkong
yang dimasak dengan bunga pepaya, tidak ada rasa pahit, rasanya segar
dan manis, tidak jauh berbeda dengan masakan Indonesia.
Suatu sore di pantai Dili
Anak-anak lokal
Selain
kota Dili, masih banyak daerah lain yang bisa di jelajahi di Timor
Leste seperti, pulau Jaco, yang terletak di ujung paling timur dari
pulau Timor, gunung Ramelau dengan ketinggian 2963 meter, Maubesse yang terletak
diatas bukit, yang dimana kita dapat melihat pemandangan lembah nan
cantik dari Hotel Pousada, dan masih banyak tempat-tempat lain yang
bisa di kunjungi selain kota Dili.
Narsis di Hotel Pousada
Rumah penduduk diatas bukit di Maubesse
Rumah penduduk di Baucau
Happy Traveling...