Saturday, 30 May 2015

Merasakan Dunia Mediaval di Carcassonne - Perancis






Suatu kali dalam perjalanan kami di kota Toulouse, kami menyempatkan diri mengunjungi kota Carcassonne, yang terletak di sebelah barat daya Toulouse, Perancis selatan, kira-kira 85 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 20 menit dari Toulouse, tepatnya di region Languedoc-Roussillon.



Dari jauh pemandangan kota benteng ini sudah menampakkan keindahannya, bagaikan istana dalam cerita Walt Disney. Benteng dan kastil Carcassonne (Château et remparts de Carcassonne ) adalah bangunan di abad XI – XIII yang masuk dalam situs warisan dunia UNESCO dan merupakan benteng terbesar di Eropa.. Semakin dekat, kota benteng tua ini semakin menampakkan kekokohan dan kemegahannya, dengan panjang tembok 525 meter, dan 250 meter lebarnya. Ketika kami masuk kedalam, kota ini terdapat 2 lapis tembok, tembok terluar dengan 14 menara pengawas dan tembok bagian dalam terdapat 24 menara. Dan antara tembok pertama dan kedua terdapat jalan yang lebar dengan panjang 1500 meter, dan kalau tidak mau cape mengelilingi benteng ini, terdapat kereta kuda yang akan membawa para penumpang berkeliling. Selain itu terdapat juga tangga-tangga batu yang menuju ke atas benteng. Sebelum masuk ke benteng pertama, terdapat parit yang mengelilingi benteng yang telah kering, dan kita melewati jembatan kayu yang dapat diangkat sebagai pintu utama masuk ke dalam benteng..

Di dalam benteng kedua terdapat château Comtal, museum, Basilika Saint-Nazaire, rumah-rumah abad pertengahan, hotel, restoran dan cafe-cafe serta toko-toko suvenir yang menjual suvenir khas Carcassonne dan juga peralatan perang ataupun baju khas abad pertengahan. 



 Tembok terluar yg dipisahkan oleh parit yg sudah kering


                    jalan antara tembok terluar dan tembok kedua



                      Naik kereta kuda sambil menikmati pemandangan


 
Pertama yang kami kunjungi adalah château Comtal, sebuah kastil yang dipisahkan dengan sebuah parit yang mengelilingi kastil ini, dengan sebuah jembatan batu sebagai jalan masuk dan pintu gerbang diapit oleh dua buah menara, dan ini mengingatkan saya para satria berkuda atau pangeran berkuda masuk ke istana melalui jembatan batu di buku cerita. Kastil ini dibangun pada abad ke-12 oleh Bernard Aton Trencaval, yang awalnya adalah sebuah istana dan kemudian dikonversi ke benteng setelah Carcassonne menjadi bagian dari warisan kerajaan pada tahun 1226. Harga tiket masuk ke kastil adalah 8,50 euro/ orang dan 3.00 euro untuk anak-anak.



château Comtal


Setelah itu kamipun berjalan menyusuri tiap lorong dan jalanan batu yang sempit dengan rumah-rumah khas abad pertengahan yang indah, serta tidak lupa naik keatas benteng dan menikmati pemandangan kota diluar benteng yang hijau dan asri. 
Tidak berapa lama kamipun sampai di Basilika Saint-Nazaire, dan mengagumi keindahan interior serta jendela kaca yang berwarna warni, tetapi sayang kami tidak sempat ke museum, karena keterbatasan waktu. 



  Basilika Saint-Nazaire



 Interior Basilika Saint-Nazaire



 Lorong-lorong sempit



 
 jalanan batu khas abad pertengahan



Dan kamipun beristirahat di sebuah cafe (terdapat sekitar 50 resto dan cafe di dalam benteng Carcassonne), sebelum kami kembali ke Toulouse





Untuk menuju ke Carcassonne dari Paris

Dengan kereta TGV (kereta cepat, waktu tempuh sekitar 5 jam), atau kereta normal (sekitar 7-8 jam) dari stasiun kereta Gare de Lyon. Dan hanya kereta normal yang direct ke Carcassonne, cek jadwal dan harga kereta api di sini

Dengan pesawat dari Paris (kadang lebih murah daripada naik kereta) - Toulouse (Blagnac airport), lalu lanjut naik bus service ke gare matabiau SNCF, dan dari sana terdapat 15 kereta api menuju ke Carcassonne dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.


Happy Traveling Guys...!



 

Tuesday, 19 May 2015

Munich – Si Klasik yang Menawan



Munich atau Munchen adalah ibukota wilayah Bavaria/ Bayern yang terletak di selatan Jerman, dan merupakan kota terbesar ketiga setelah Berlin dan Hamburg.

Kami berkunjung ke Jerman selama 3 hari dan tinggal di kora Anzing, 1 jam dari Munich. kami hanya mempunyai waktu sehari untuk mengunjungi kota munich, sehingga tidak banyak waktu untuk menjelajahi kota dengan begitu banyak hal yang ditawarkannya. Jadi kami lebih banyak mengelilingi kota tua dan sekitarnya, dan tentu saja kami tidak lupa mengunjungi kamp konsentrasi Daghau serta kastil Neuschwanstein.



Kota Munich pada tahun 2006 pernah menjadi tempat ajang piala dunia , dan Allianz Area/ stadion Munchen yang megah menjadi salah satu daya tarik turis di kota ini. Selain dikenal dengan klub sepak bolanya Bayern Munchen, kota ini juga terkenal karena festival Oktoberfest yang diadakan setiap tahun sejak 1810.

Oktoberfest adalah festival kuliner seperti minum bir dan makan berbagai suguhan khas Jerman. Pada saat festival ini, akan begitu banyak turis dan penduduk lokal di jalanan dan tenda-tenda, semakin malam semakin ramai suasananya, dan esok harinya akan terlihat begitu banyak orang tidur di mana-mana karena mabuk bir malamnya.

Ketika kami sampai di Munich dengan kereta api, kamipun memulai berjalan ke list pertama kami, Marienplatz. Dan cara terbaik mengelilingi kota ini adalah dengan berjalan kaki, karena jarak satu gedung dengan gedung lainnya saling berdekatan. 

Marienplatz atau lapangan St.Mary adalah alun-alun kota Munich yang pada abad pertengahan adalah sebuah pasar, dan juga sebagai tempat perayaan dan turnamen, dan dimasa kini tetap menjadi tempat perayaan berbagai festival penting, serta sebagai tempat meeting point untuk pertemuan penduduk lokal ataupun para turis. Pusat kota ini awalnya bernama Schrannen yang akhirnya berganti nama menjadi Marienplatz (lapangan St.Mary) sebagai bentuk untuk meminta Bunda Maria Melindungi kota dari penyakit epidemi kolera yang melanda kota pada masa itu.

Dan dari sini kitapun mulai menelusuri tiap sudut kota dengan berbagai bangunan yang indah. 

Bangunan pertama yang kami lihat ketika ada di Marienplatz adalah Neues Rathaus, sebuah bangunan yang mencolok dengan gaya gothic, dibangun pada tahun 1867 oleh Georg Joseph Hauberriser. Neues Rathaus dibanguna untuk menggantikan balai kota lama, Altes Rathaus yang sudah terlalu padat. Altes Rathaus pernah hangus terbakar pada tahun 1460. Kedua bangunan ini saling berdekatan, jadi tidak susah untuk menemukannya. Dan di tengah-tengah alun-alun terdapat sebuah tugu, Mariensaule, yang dipuncaknya terdapat patung Bunda Maria berlapis emas, yang dibangun pada tahun 1638 untuk merayakan akhir dari invasi Swedia selama perang 30 tahun.


 Neues Rathaus


 Altes Rathaus


Mariensaul

 
Setelah itu kamipun lanjut ke Frauenkirche atau Cathedral of Our Blessed Lady. Bangunan Katedral ini terdapat 2 menara dengan tinggi 99 m dengan atap berbentuk dome/ kubah, yang mencontoh model Kubah Batu di Jerusalem. Bukan karena arsitektur katedral yang dibangun pada tahun 1494 ini yang membuat bangunan ini istimewa, tetapi terdapat undang-undang tidak boleh ada bangunan yang lebih tinggil dari gedung simbolik Bavarian ini. Dan para turis dapat naik keatas menara serta menikmati pemandangan kota Munich serta pegunungan Bavaria yang luar biasa. 



  Frauenkirche



 Interior  Frauenkirche


Puas berkeliling di pusat kota atau alun-alun Munich, kamipun lanjut ke Viktualienmarkt, sebuah tempat dengan berbagai macam jualan, sayuran segar, daging-dagingan, buah-buahan segar, berbagai macam keju, tanaman hias dan tidak lupa bir khas Bavaria dan tentu saja makanan khas Jerman. Ditengah Viktualienmarkt terdapat taman bir yang dinaungi oleh pohon chesnut yang telah berusia ratusan tahun. Ini adalah tempat yang paling tepat untuk beristirahat sejenak dari keramaian sambil menikmati pemandangan kesibukan pasar. Jangan lupa mencoba sosis khas Jerman serta sauerkraut ataupun brotzeit, selain itu kitapun bisa makan makanan bawaan kita sendiri, dan jangan kuatir bila kehabisan air, kita bisa isi botol kosong di kran khusus untuk minum, yang tersebar di berbagai tempat.



 Viktualienmarkt

 
Setelah menikmati makan siang, kamipun lanjut ke Munich Residentz/ Residentz Munchen atau Istana Kerajaan Bavaria. Munich Residentz adalah istana terbesar di Jerman yang terletak di dalam kota, dan merupakan pusat pemerintahan dan tempat tinggal para bangsawan dan raja-raja dari tahun 1508 hingga 1918. Awalnya pada tahun 1385, Munich Residentz adalah sebuah kastil, lalu berabad-aband kemudian berubah menjadi sebuah istana yang megah dengan taman-taman dan gedung yang semakin banyak dibangun hingga mendekati pusat kota. Arsitektur, dekorasi interior, dan karya seni dalam Munich Residentz, yang dikumpulkan pada masa Renaisans menjadi saksi ambisi politik dari Dinasty Wilttelbasch yang diskriminasi.

Munich Residentz memiliki sejumlah museum, monumen, taman-taman dan danau, Cuvillies Theater, Schatzkammer (ruang harta benda), Alleheiligen-Hofkirche (gereja khusus keluarga kerajaan), veranstaltungsraume (ruangan besar untuk acara kerajaan), serta Hofgarden, sebuah kuil terdapat di pintu utama halaman yang memiliki kubah yang dimahkotai dengan patung perunggu melambangkan Bavaria. Keseluruhan kompleks ini merupakan salah satu museum terbesar di Bavaria. Harga Tiket terusan 13 euro, untuk mengunjungi semua ruang dan gedung, sedangkan taman dan Hofgarten gratis.



 Hofgarden


Setelah dari Munich Residentz, kami lanjut ke Feldherrnhalle (Field Marshal's Hall) yang terletak di Odeonsplatz. Odeonsplatz merupakan alun-alun yang indah dengan bangunan Felderrnhalle, Theatinerkirche, Hofgarten dan taman. Feldherrnhalle dibangun antara tahun 1841-1844 dan merupakan salah satu gapura yang besar dari tembok Schwabinger Tor yang mengelilingi kota, yang kemudian dihancurkan oleh Leon Von Klenze atas perintah Ludwig I untuk pembangunan sebuah alun-alun. Feldherrnhalle terdiri dari ruang tertutup dengan lima lengkungan yang mengelilinginya, tangga di lengkungan pusat pintu masuk diapit oleh dua singa Bavaria, dan terdapat dua buah patung perunggu di kiri dan kanan sebagai penghormatan jenderal Bavaria Von Tilly dan Marshall Wrede. 



Feldherrnhalle



Dan di sisi barat dari Odeonplatz adalah Theatinerkirche, tepat bersebrangan dengan Feldherrnhalle. Theatinerkirche atau St.Cajetan's Church dibangun oleh arsitek Italia, sehingga rasa Italia sangat kental di gereja ini. Gereja dengan warna kuning yang sangat menonjol ini dibangun pada abad ke-17 sebagai perayaan kelahiran pangeran baru, Max Emannuel, yang ditunggu begitu lama akan kelahirannya.
 


  Theatinerkirche


 
Setelah itu kamipun ke Bayerische Staatsoper/ Bavarian State Opera, adalah sebuah gedung opera yang indah, dan dengan interior yang cantik. 


  Bayerische Staatsoper


Tidak terasa hari sudah menjelang sore, dan kamipun harus kembali ke Anzing dengan kereta. Semoga kami dapat kembali ke kota ini dan menjelajahi lebih banyak tempat-tempat indah lainnya.




 

 

Wednesday, 6 May 2015

Ghent - Kota Abad Pertengahan Yang Indah di Belgia







Ketika dalam perjalanan pulang dari Belanda menuju ke Perancis, kami melewati negara Belgia, dan sayapun mengusulkan mengunjungi Antwerp, karena searah dengan jalur yang kami tempuh. Tetapi suami menganjurkan ke Gand. Sayapun mencari dimana itu kota Gand... Dan rupanya dalam bahasa Inggris adalah 'Ghent' dan dalam bahasa Belanda 'Gent', sedangkan bahasa Perancis adalah Gand. Ghent adalah sebuah kota yang terletak di wilayah Flemish dekat perbatasan Perancis dan 57 km dari Brussels. Mungkin kebanyakan turis lebih memilih kota Brussels, Brugges atau Antwerp bila mengunjungi Belgia, tetapi setelah kunjungan saya ke kota ini, tidak kalah cantiknya dengan ketiga kota di Belgia tersebut, bahkan lebih indah dengan berbagai gaya arsitektur bangunan yang menghiasi kota ini

Setelah memarkir mobil di dekat Sint-Baafskathedraa, atau Katedral Saint Bavo, kamipun menjelajahi kota tua di Ghent, selain jalan kaki, atau sewa sepeda, kitapun bisa naik perahu disepanjang sungai Leie untuk menyusuri kota ini. Dan untunglah selama kunjungan kami, cuaca sangat bersahabat, jadi kamipun berjalan kaki menyusuri tiap sudut kota tua ini. Pertama yang kami kunjungi adalah Katedral St. Bavo, karena yang paling dekat dengan parkiran kami. Katedral yang bergaya gothic dan baroque ini dibangun dalam beberapa abad (942-1569!), dan merupakan salah satu landmark kota Ghent. Dan jangan lewatkan untuk mengunjungi interior katedral, yang banyak terdapat karya seni dan salah satunya adalah 'The Adoration of the Mystic Lamb', karya Eyck bersaudara. 



Sint-Baafskathedraal



Interior Sint-Baafskathedraal



The Adoration of the Mystic Lamb



Setelah dari Katedral St. Bavo kami lanjut ke Sint-Niklaaskerk atau gereja Saint Nicholas. Gereja dengan gaya scheldt gothic ini pernah hancur karena kebakaran pada tahun 1120 dan 1176, lalu dibangun kembali oleh penduduk Ghent yang selesai pada tahun 1220 dan 1250. Pada masa revolusi Perancis, gereja ini pernah menjadi kandang kuda.
Tidak jauh dari gereja St. Nicholas terdapat sebuah menara Belfort Van gent. Menara ini adalah salah satu dari tiga menara yang menghiasi langit kota Ghent, selain menara Katedral St. Bavo dan menara gereja St. Nicholas. Menurut catatan daftar warisan dunia UNESCO, menara dengan tinggi 91 meter ini merupakan salah satu menara tertinggi di Belgia dan Perancis, yang awalnya dibangun sebagai menara pengawas, lalu pernah berubah fungsi menjadi menara lonceng dan menara jam. Pengunjungpun dapat naik ke atas menara dan menikmati pemandangan kota Ghent.


Sint-Niklaaskerk



Interior Sint-Niklaaskerk



Belfort Van gent


Tidak berapa lama berjalan kamipun bertemu Graslei dan Korenlei, sebuah tempat yang paling saya suka selama berjalan di sini. Graslei dan Korenlei adalah dua sisi dari sungai Leie yang melewati tengah kota. Ini adalah tempat yang paling indah dan romantis, karena dihiasi deretan bangunan dengan arsitektur yang unik dan menawan dari berbagai masa. Sedangkan disebelah jembatan St.Michael, terdapat gereja St.Michael yang bergaya gothic. Banyak turis dan penduduk setepat bercengkrama dan santai di sini, bahkan banyak juga yang melakukan olahraga air seperti canoe. Dan sayapun melihat anak-anak muda sedang syuting film, dan iseng-iseng saya bertanya tentang apa syutingnya. Rupanya  tentang seorang pria yang tertangkap basah oleh teman wanitanya ketika sedang selingkuh. Ahhhh... selingkuh ditempat yang romantis...





 Deretan bangunan dgn arsitektur yg indah


Jembatan St.Michael dan gereja St.Michael


Oh oh  tertangkap basah....


Tanpa lelah kami berjalan dan menikmati setiap bangunan di sini, dan kami melihat sebuah bangunan yang begitu unik, itulah Groot Vleeshuis atau tempat pemotongan hewan. Groot Vleeshuis dibanguan pada tahun 1407-1419 sebegai pasar daging. Interior bangunan ini tetap terpelihara indah dengan bahan bangunan dari kayu, dan masa kini telah berubah menjadi restaurant. 
 


Groot Vleeshuis


Tidak berapa lama kamipun bertemu Landmark kota ini, Gravensteen Castle, sebuah kastil yang terletak di tengah kota, yang dibangun pada abad ke-12 oleh count Philip dari Alsace. Dalam bahasa Belanda Gravensteen berarti 'castle of the counts', dan kastil ini pernah menjadi penjara dengan berbagai praktek penyiksaan diabad pertengahan, dan sekarang menjadi museum yang masih menampilkan berbagai alat penyiksaan. 
Setelah dari Gravensteen castle kamipun berjalan menyusuri jalan-jalan disekitar castle dan menemukan banyak kanal-kanal dengan deretan bangunan yang unik dan tertata indah. Dan terdapat sebuah meriam besar berwarna merah yang diletakkan di tepi kanal. Setelah saya melihat dengan dekat, masih kalah indah dibanding dengan meriam si Jagur di museum Jakarta.


 Gravensteen Castle







Si Meriam Merah Dulle Griet


Setelah itu kamipun berjalan ke pusat pertokoan untuk mencari suvenir khas kota Ghent, dan salah satu yang menarik hati adalah Cuberdon, permen berbentuk kerucut dengan berbagai rasa buah yang enak. Di Belanda dikenal dengan nama Neus (nose/hidung), Gentse Neus (Ghent nose), karena seperti hidung manusia, Sedangkan di Perancis dikenal dengan nama Chapeau-de-curé dan Chapeau-de-prêtre (topi pendeta). Lucu-lucu yah namanya.











Karena waktu tidak begitu banyak, kamipun harus mengakhiri perjalanan singkat nan padat ke kota mediaval yang indah ini. Au revoir... Tot ziens.... 


Transportasi menuju ke sini selain mobil pribadi adalah dengan kereta;

pada saat kedatangan di bandara Brussels Zaventem (layanan kereta api penumpang yang tersedia antara Ghent dan bandara); lama perjalanan sekitar 45 menit.

Atau naik kereta dari Brussels main Railways Station menuju ke Gent- Sint-Pieters Station, dan banyak kereta cepat seperti Eurostar dan Thalys dari berbagai kota di Eropa yang menuju ke brussels railways station.



Terdapat 2 station kereta api di Ghent yaitu :

  1. Gent-Sint-Pieters station yang dilanjutkan dengan tram no.1 menuju ke kota tua, berhenti di Korenmark.
  2. Dampoort Station yang dilanjutkan dengan bus no. 3, 17, 18, 38 dan 39 direct ke kota tua berhenti di Korenmark.



HAPPY TRAVELING.....



Sunday, 3 May 2015

Amsterdam - Si Cantik yang Bikin Kangen






Perjalanan kali ini hanya saya dan adik saya saja, sedangkan anak-anak dan suami melakukan aktifitas di taman bermain di camping park.

Kadang dalam suatu perjalanan, kita tak memiliki waktu banyak, seperti perjalanan kali ini ke Amsterdam. kami hanya punya waktu dari jam 15.00 hingga 21.00, sebelum kembali ke Recreatiecentrum Koningshof, dimana kami menginap.



Amsterdam adalah salah satu kota yang menjadi tujuan wisata dunia, dan terdapat begitu banyak yang di tawarkan oleh kota ini. Kota terbesar di Belanda yang sangat majemuk karena dihuni dari berbagai suku bangsa dari seluruh penjuru dunia ini, juga dikenal dengan sebutan 'The Venice of the North'. Dan sebutan itu tidaklah salah dikarenakan Amsterdam memiliki 165 kanal lengkap dengan perahu untuk wisata dan lebih dari 1200-an jembatan yang unik. Tidak hanya kanal dan jembatan, kota inipun penuh dengan para pesepeda, bahkan sepeda lebih banyak daripada penduduknya! Dan salah satu cerita dari supir becak yang kami tumpangi, dikatakan bahwa barang yang paling sering dicuri di Amsterdam adalah sepeda.




Ketika kami sampai di stasiun Amsterdam Centraal, kamipun langsung menuju ke turis informasi untuk mendapatkan city map, yang akan menjadi acuan perjalanan kami mengelilingi kota ini. Dan satu hal yang saya suka selama jalan-jalan di Amsterdam adalah, kita dapat berkeliling di sini hanya dengan jalan kaki, atau naik tram, dan kalau cape bisa naik becak atau yang dikenal 'fietstaxi/reistaxi, dan harganyapun tidak semahal di Paris, serta penduduk di Amsterdam dan Belanda umumnya berbahasa Inggris dengan lancar. Selain jalan kaki atau naik becak, kitapun bisa menikmati kota Amsterdam dengan water taxi atau water bus, moda transportasi air, bahkan terdapat juga kereta kuda ala jaman dulu.




 Moda transportasi air


 Becak yg kami tumpangi


Ketika kami sampai di Centrum Amsterdam atau Dam Square, yang adalah sebuah alun-alun kota Amsterdam, para penduduk dan pedagang sedang mempersiapkan King's Day yang jatuh pada tanggal 27 April, ulang tahun raja Belanda yang baru. Begitu ramai serta banyak stand permainan anak-anak dan permainan untuk orang dewasa juga, benar-benar sungguh meriah, tetapi sayang kami datang tidak pada saat King's Day. Di Dam Square ini, kami menjumpai banyak sekali bangunan kuno yang masih terpelihara dengan baik, seperti Koninklijk Paleis (istana Royal Palace of Amsterdam), Nieuwe Kerk (sebuah gereja tua), National Monument (monumen PD II), dan tentu saja museum lilin Madame Tussaud, serta shopping center dan pabrik pengasahan berlian. Sayang kami tidak masuk ke museum lilin Madame Tussaud, dikarenakan harga tiket yang lumayan mahal bagi kantong kami, serta waktu yang tidak cukup banyak untuk berkeliling di dalamnya. 




Dam Square


 Koninklijk Paleis


 Nieuwe Kerk


 Museum Madame Tussaud

 
Selama berjalan menyusuri kota ini, kami menemukan banyak sekali museum yang terdapat di Amsterdam, sekitar 75 museum, diantaranya Museum Anne Frank, Museum Van Gogh, Museum Diamond, Museum Stedelijk, Museum Rijks, Museum maritim, Museum Tropen, dan bahkan kamipun menemukan museum Seks dan Erotis, serta museum prostitusi! Wah.. lengkap yah... Bahkan kami bertemu sebuah museum 'The Amsterdam Dungeons', yaitu sebuah museum yang mempertontonkan dan merasakan teror serta horor penyiksaan pada masa abad pertengahan. Dengan tema yang diusung oleh museum ini, 'Bringing to live 500 years of the Dutch dark history', cukup menguji nyali bagi para pengunjung, dengan harga tiket masuk 15 euro/orang tergantung musim. 



 
Sepertinya Amsterdam adalah kota yang paling bebas di Belanda, dimana legalisasi tanpa batas atas prostitusi, peredaran obat terlarang, serta perjudian. Sehingga tidak heran bila jaringan bisnis ini berkembang dengan pesat.

Ketika kami bertemu dengan teman yang tinggal di Belanda, dan kami di bawa ke red street district, saya sampai terkaget-kaget dengan segala kebebasan yang begitu terbuka di kota ini. Sex shop dengan berbagai jenis dagangannya yang terpampang di depan jendela kaca, bahkan beberapa jendela rumah pendudukpun dihias dengan boneka yang berbau porno. Walaupun saya sudah sering melihat red district di Paris, tetapi saya tetap dibuat shock selama mengunjungi Amsterdam. Setiap kali melewati coffeeshop remang-remang, saya pikir coffeeshop itu seperti cafe di tempat lain yang menjual kopi dan makanan kecil, tetapi di Amsterdam adalah tempat untuk menjual mariyuana, ganja dan sejenisnya, tidak heran setiap kali melewati cafe-cafe ini, bau-bau yang aneh tercium dengan tajam. Bahkan cannabis/ganja ini dicampur dengan berbagai jenis minuman ataupun makanan seperti permen lolipop.




Salah satu hiasan depan jendela rumah penduduk



 Minuman beralkohol dgn campuran ganja


 Lolipopdgn campuran ganja


Soal yang berbau erotis, kami melihat banyak papan iklan massage erotis bahkan kami bertemu sebuah air mancur dengan bentuk porno pula, jadi tidak heran ketika menemukan bendera kota ini dengan lambang XXX membuat kami berpikir lambang sex yang identik dengan kota ini, padahal tidaklah demikian.
 

 Bendera Amsterdam dgn lambang XXX


Arti dari lambang XXX adalah tiga salib Santo Andrew yang memang berhuruf X. St. Andrew adalah seorang nelayan yang hidup di abad pertama, dan dikatakan telah disalibkan di kayu salib yang berbentuk X. Dan St. Andrew adalah santo pelindung kota Amsterdam pada masa Katolik mendominasi Belanda, sehingga lambang dan bendera kota Amsterdam dengan huruf XXX.

Selain hal-hal kebebasan di Amsterdam, saya menemukan banyak bangunan yang menakjubka dan terpelihara serta tertata dengan indahnya, selain fungsinya sebagai monumen, museum, hotel, bahkan rumah penduduk. Sepertinya pemerintah Amsterdam mempunyai kebijakan khusus untuk melindungi segala bangunan ataupun monumen di kota ini, bahkan kanal-kanal, jembatan tua, semuanya terpelihara dan tertata dengan indah, dan didayagunakan dengan sangat baik. Melihat hal-hal ini saya teringat akan Jakarta bagian utara, dimana terdapat wilayah 'Kota Tua', yang kaya akan bangunan tua peninggalan Belanda, tetapi sudah tidak terawat dan terurus, hanya tinggal rubuh saja. Seandainya dirawat dan di tata mungkin bisa menjadi salah satu objek wisata bagi kota Jakarta. 


 






 Salah satu bangunannya mengingatkan saya museum wayang di JKT




Kembali ke Amsterdam, saat saya dan adik saya sedang asyik bergerilya dan terkagum-kagum dengan bangunan tua yang cantik berderet di depan kanal, tiba-tiba mendapat telepon dari teman yang sudah menunggu kami di alun-alun kota. Dan karena kami ingin ke Hard Rock Cafe mencari koleksi khas Hard Rock Amsterdam, maka kamipun naik becak yang di supiri seorang wanita Belanda. Hargapun bisa dinego, dan setelah sepakat harga, kamipun naik dan alamakkkk.... lincah dan gesit sekali sang supir wanita ini. Dan diapun banyak bercerita dalam bahasa Inggris tentang tempat-tempat yang kami lewati bahkan menawarkan untuk mengunjungi banyak tempat lain dengan harga yg telah kami sepakati sebelumnya, sungguh ramah dan baik hati bu supir ini. Tetapi karena kami tidak memiliki banyak waktu, akhirnya tawaran itupun kami tolak. Tak lama lama setelah urusan selesai, kamipun tiba di alun-alun kota dan bertemu teman kami.




Selain bangunan indah, red district, Satu hal lagi yang saya suka di kota ini adalah wisata kulinarinya, segala macam restoran bisa kita temukan di sini. Amsterdam dengan penduduk yang majemuk dari berbagai suku bangsa di dunia, maka tidak heran bila restoran yang ada disinipun dari berbagai bangsa juga. Dan sayapun tidak sulit untuk menemukan restoran Indonesia ataupun dari negara tetangga kita, Malaysia. Dan Teman kamipun membawa kami mencoba masakan dari Malaysia. Kamipun mencoba ikan asam manis, kwetiaw, dan sayuran serta beberapa makanan lainnya yang tentu saja cita rasa Asia. Entah karena lapar atau rakus, sayapun makan sampai nambah nasi tanpa malu-malu lagi.... ups... enak masakannya sih.

Selain terdapat berbagai jenis ratoran, terdapat juga fastfood dari berbagai negara, saat menuju ke restoran Malaysia, kami melewati sebuah fastfood Manneken Pis yang begitu ramai pengunjung dengan antrian yang panjang. Dan teman sayapun menjelaskan kalau itu adalah fastfood yang menjual kentang goreng yang terkenal di dunia. Saya bingung apa bedanya dengan kentang goreng tempat lain? Rasanya ingin mencoba tetapi melihat antrian yang panjang, sayapun mengurungkan niat. Kamipun akhirnya ke sebuah tempat yang menjual aneka macam kue-kue Asia, tidak lupa sayapun memborong beberapa kue untuk suami dan anak-anak, serta untuk bekal dijalan saat pulang ke Perancis esok harinya.



 Fastfood yg panjang antriannya


 Tempat saya membeli kue2 yg enak


 Resto Suriname


 Resto Malaysia yg kami mampir



Hari sudah menjelang malam ketika kami berjalan ke stasiun kereta untuk menuju ke tujuan kami masing-masing. Dan sekali lagi kami melewati kawasan red street district, dan kawasan inipun semakin ramai dengan para pengunjung, dikarenakan semakin malam semakin banyak hiburan, terutama para pekerja sex mulai menampakkan diri dengan dandanannya yang sexy. Mereka berdiri atau bergaya didepan jendela kaca yang seperti aquarium dengan latar belakang berwarna merah.. Dan sekali lagi sayapun terkaget-kaget....
Ahhhh Amsterdam yang cantik memang bikin kagen..... 



 Semakin malam semakin bersinar tiap jendela kaca yg menampakkan dagangannya