Perjalanan
kali ini hanya saya dan adik saya saja, sedangkan anak-anak dan suami
melakukan aktifitas di taman bermain di camping park.
Kadang
dalam suatu perjalanan, kita tak memiliki waktu banyak, seperti
perjalanan kali ini ke Amsterdam. kami hanya punya waktu dari jam
15.00 hingga 21.00, sebelum kembali ke Recreatiecentrum
Koningshof, dimana kami menginap.
Amsterdam adalah salah satu
kota yang menjadi tujuan wisata dunia, dan terdapat begitu banyak
yang di tawarkan oleh kota ini. Kota terbesar di Belanda yang sangat
majemuk karena dihuni dari berbagai suku bangsa dari seluruh penjuru
dunia ini, juga dikenal dengan sebutan 'The Venice of the North'. Dan
sebutan itu tidaklah salah dikarenakan Amsterdam memiliki 165 kanal
lengkap dengan perahu untuk wisata dan lebih dari 1200-an jembatan
yang unik. Tidak hanya kanal dan jembatan, kota inipun penuh dengan
para pesepeda, bahkan sepeda lebih banyak daripada penduduknya! Dan
salah satu cerita dari supir becak yang kami tumpangi, dikatakan
bahwa barang yang paling sering dicuri di Amsterdam adalah sepeda.
Ketika kami sampai di
stasiun Amsterdam Centraal, kamipun langsung menuju ke turis
informasi untuk mendapatkan city map, yang akan menjadi acuan
perjalanan kami mengelilingi kota ini. Dan satu hal yang saya suka
selama jalan-jalan di Amsterdam adalah, kita dapat berkeliling di
sini hanya dengan jalan kaki, atau naik tram, dan kalau cape bisa naik becak atau
yang dikenal 'fietstaxi/reistaxi, dan harganyapun tidak semahal di
Paris, serta penduduk di Amsterdam dan Belanda umumnya
berbahasa Inggris dengan lancar. Selain jalan kaki atau naik becak,
kitapun bisa menikmati kota Amsterdam dengan water taxi atau water
bus, moda transportasi air, bahkan terdapat juga kereta kuda ala
jaman dulu.
Moda transportasi air
Becak yg kami tumpangi
Ketika kami sampai di
Centrum Amsterdam atau Dam Square, yang adalah sebuah alun-alun kota
Amsterdam, para penduduk dan pedagang sedang mempersiapkan King's Day
yang jatuh pada tanggal 27 April, ulang tahun raja Belanda yang baru.
Begitu ramai serta banyak stand permainan anak-anak dan
permainan untuk orang dewasa juga, benar-benar sungguh meriah, tetapi
sayang kami datang tidak pada saat King's Day. Di Dam Square ini,
kami menjumpai banyak sekali bangunan kuno yang masih terpelihara
dengan baik, seperti Koninklijk Paleis (istana Royal
Palace of Amsterdam), Nieuwe Kerk
(sebuah gereja tua), National Monument
(monumen PD II), dan tentu saja museum lilin Madame
Tussaud,
serta shopping center dan pabrik pengasahan berlian. Sayang kami
tidak masuk ke museum lilin Madame Tussaud, dikarenakan harga tiket
yang lumayan mahal bagi kantong kami, serta waktu yang tidak cukup
banyak untuk berkeliling di dalamnya.
Dam Square
Koninklijk Paleis
Nieuwe Kerk
Museum Madame Tussaud
Selama
berjalan menyusuri kota ini, kami menemukan banyak sekali museum yang
terdapat di Amsterdam, sekitar 75 museum, diantaranya Museum Anne
Frank, Museum Van Gogh, Museum Diamond, Museum Stedelijk, Museum
Rijks, Museum maritim, Museum Tropen, dan bahkan kamipun menemukan
museum Seks dan Erotis, serta museum prostitusi! Wah.. lengkap yah...
Bahkan kami bertemu sebuah museum 'The Amsterdam Dungeons', yaitu
sebuah museum yang mempertontonkan dan merasakan teror serta horor
penyiksaan pada masa abad pertengahan. Dengan tema yang diusung oleh
museum ini, 'Bringing to live 500 years of the Dutch dark history',
cukup menguji nyali bagi para pengunjung, dengan harga tiket masuk 15
euro/orang tergantung musim.
Sepertinya
Amsterdam adalah kota yang paling bebas di Belanda, dimana legalisasi
tanpa batas atas prostitusi, peredaran obat terlarang, serta
perjudian. Sehingga tidak heran bila jaringan bisnis ini berkembang
dengan pesat.
Ketika
kami bertemu dengan teman yang tinggal di Belanda, dan kami di bawa
ke red street district, saya sampai terkaget-kaget dengan segala
kebebasan yang begitu terbuka di kota ini. Sex shop dengan berbagai
jenis dagangannya yang terpampang di depan jendela kaca, bahkan
beberapa jendela rumah pendudukpun dihias dengan boneka yang berbau
porno. Walaupun saya sudah sering melihat red district di Paris,
tetapi saya tetap dibuat shock selama mengunjungi Amsterdam. Setiap
kali melewati coffeeshop remang-remang, saya pikir coffeeshop itu
seperti cafe di tempat lain yang menjual kopi dan makanan kecil,
tetapi di Amsterdam adalah tempat untuk menjual mariyuana, ganja dan
sejenisnya, tidak heran setiap kali melewati cafe-cafe ini, bau-bau
yang aneh tercium dengan tajam. Bahkan cannabis/ganja ini dicampur
dengan berbagai jenis minuman ataupun makanan seperti permen lolipop.
Salah satu hiasan depan jendela rumah penduduk
Minuman beralkohol dgn campuran ganja
Lolipopdgn campuran ganja
Soal
yang berbau erotis, kami melihat banyak papan iklan massage erotis
bahkan kami bertemu sebuah air mancur dengan bentuk porno pula, jadi
tidak heran ketika menemukan bendera kota ini dengan lambang XXX
membuat kami berpikir lambang sex yang identik dengan kota ini,
padahal tidaklah demikian.
Bendera Amsterdam dgn lambang XXX
Arti
dari lambang XXX adalah tiga salib Santo Andrew yang memang berhuruf
X. St. Andrew adalah seorang nelayan yang hidup di abad pertama, dan
dikatakan telah disalibkan di kayu salib yang berbentuk X. Dan St.
Andrew adalah santo pelindung kota Amsterdam pada masa Katolik
mendominasi Belanda, sehingga lambang dan bendera kota Amsterdam
dengan huruf XXX.
Selain
hal-hal kebebasan di Amsterdam, saya menemukan banyak bangunan yang
menakjubka dan terpelihara serta tertata dengan indahnya, selain
fungsinya sebagai monumen, museum, hotel, bahkan rumah penduduk.
Sepertinya pemerintah Amsterdam mempunyai kebijakan khusus untuk
melindungi segala bangunan ataupun monumen di kota ini, bahkan
kanal-kanal, jembatan tua, semuanya terpelihara dan tertata dengan
indah, dan didayagunakan dengan sangat baik. Melihat hal-hal ini saya
teringat akan Jakarta bagian utara, dimana terdapat wilayah 'Kota
Tua', yang kaya akan bangunan tua peninggalan Belanda, tetapi sudah
tidak terawat dan terurus, hanya tinggal rubuh saja. Seandainya
dirawat dan di tata mungkin bisa menjadi salah satu objek wisata bagi
kota Jakarta.
Salah satu bangunannya mengingatkan saya museum wayang di JKT
Kembali
ke Amsterdam, saat saya dan adik saya sedang asyik bergerilya dan
terkagum-kagum dengan bangunan tua yang cantik berderet di depan
kanal, tiba-tiba mendapat telepon dari teman yang sudah menunggu kami
di alun-alun kota. Dan karena kami ingin ke Hard Rock Cafe mencari
koleksi khas Hard Rock Amsterdam, maka kamipun naik becak yang di
supiri seorang wanita Belanda. Hargapun bisa dinego, dan setelah
sepakat harga, kamipun naik dan alamakkkk.... lincah dan gesit sekali
sang supir wanita ini. Dan diapun banyak bercerita dalam bahasa
Inggris tentang tempat-tempat yang kami lewati bahkan menawarkan untuk mengunjungi banyak tempat lain dengan harga yg telah kami sepakati sebelumnya, sungguh ramah dan baik hati bu supir ini. Tetapi karena kami tidak memiliki banyak waktu, akhirnya tawaran itupun kami tolak. Tak lama lama setelah urusan selesai,
kamipun tiba di alun-alun kota dan bertemu teman kami.
Selain
bangunan indah, red district, Satu hal lagi yang saya suka di kota
ini adalah wisata kulinarinya, segala macam restoran bisa kita
temukan di sini. Amsterdam dengan penduduk yang majemuk dari berbagai
suku bangsa di dunia, maka tidak heran bila restoran yang ada
disinipun dari berbagai bangsa juga. Dan sayapun tidak sulit untuk
menemukan restoran Indonesia ataupun dari negara tetangga kita,
Malaysia. Dan Teman kamipun membawa kami mencoba masakan dari
Malaysia. Kamipun mencoba ikan asam manis, kwetiaw, dan sayuran serta
beberapa makanan lainnya yang tentu saja cita rasa Asia. Entah karena
lapar atau rakus, sayapun makan sampai nambah nasi tanpa malu-malu
lagi.... ups... enak masakannya sih.
Selain
terdapat berbagai jenis ratoran, terdapat juga fastfood dari berbagai
negara, saat menuju ke restoran Malaysia, kami melewati sebuah
fastfood Manneken Pis yang begitu ramai pengunjung dengan antrian
yang panjang. Dan teman sayapun menjelaskan kalau itu adalah fastfood
yang menjual kentang goreng yang terkenal di dunia. Saya bingung apa
bedanya dengan kentang goreng tempat lain? Rasanya ingin mencoba
tetapi melihat antrian yang panjang, sayapun mengurungkan niat.
Kamipun akhirnya ke sebuah tempat yang menjual aneka macam kue-kue Asia, tidak
lupa sayapun memborong beberapa kue untuk suami dan anak-anak, serta
untuk bekal dijalan saat pulang ke Perancis esok harinya.
Fastfood yg panjang antriannya
Tempat saya membeli kue2 yg enak
Resto Suriname
Resto Malaysia yg kami mampir
Hari
sudah menjelang malam ketika kami berjalan ke stasiun kereta untuk
menuju ke tujuan kami masing-masing. Dan
sekali lagi kami melewati kawasan red street district, dan kawasan
inipun semakin ramai dengan para pengunjung, dikarenakan semakin
malam semakin banyak hiburan, terutama para pekerja sex mulai
menampakkan diri dengan dandanannya yang sexy. Mereka berdiri atau
bergaya didepan jendela kaca yang seperti aquarium dengan latar
belakang berwarna merah.. Dan sekali lagi sayapun terkaget-kaget....
Ahhhh Amsterdam yang cantik memang bikin kagen.....
Semakin malam semakin bersinar tiap jendela kaca yg menampakkan dagangannya