Selain
taman Keukenhof, Belanda juga identik dengan kincir angin atau molen.
Dan salah satu desa kincir angin yang kami kunjungi adalah
Kinderdijk.
Kinderdijk adalah sebuah
desa dengan 19 buah kincir angin tua yang terletak di Provinsi
Zuid-Holland, selatan Belanda, 15 km sebelah timur Rotterdam,
tepatnya di Alblasserwaard yang
menjadi titik temu dari Sungai Lek dan Noord.
Dan
karena kami dari Keukenhof, perjalanan yang ditempuh lebih dari
sejam-an dengan mobil. Selama perjalanan ke Kinderdijk, beberapa kali
kami kehadang kemacetan di jalan karena jam pulang kerja, dan untuk
sampai di sana harus menyebrang sungai dengan ferry, dengan harga
0,75 sen/ kepala.
Terdapat beberapa desa
dengan kincir angin tua, salah satunya ada di utara Belanda, tepatnya
di Zaandam Schans, tetapi karena kami menginap di Leiden, selatan
Belanda, jadi pilih ke Kinderdijk. Selama beberapa jam berada di
lokasi ini, kami serasa hidup pada masa dulu, jalan di sore hari
dengan sekeliling kincir angin tua serta kanal- kanal yang bersih.
Karena keunikkan kincir angin yang masih asli dan sudah ada sejak
abad ke-18, maka Kinderdijkpun masuk dalam daftar warisan dunia
UNESCO.
Kinderdijk ini buka dari
pagi hingga pukul 16.00 atau 17.00 tergantung musim, dengan biaya
6,30 euro/orang.
Ketika kami sampai di
Kinderdijk, hari sudah sore, dimana jam operasional sudah lewat,
tetapi kami masih bisa masuk ke kawasan kincir angin ini dan dengan
gratis pula, karena salah satu petugas di konter tiket (sebelum dia
meninggalkan konter) menjelaskan bahwa para pengunjung masih boleh
masuk ke areal kincir angin walau sudah lewat jam operasionalnya.
Ahhhhh beruntung deh kita....
Kaki kamipun mulai
melangkah memasuki kawasan kincir angin tua ini, suasana sore hari
tidak terdapat banyak turis, hanya tampak beberapa turis dari Asia
serta beberapa orang lokal yang bersepeda atau jogging di sekitar
jalan setapak dengan lebar 1.5 meter ini. Jalan setapak yang kami
lewati diapit 2 buah kanal di sisi kiri dan kanan, yang merupakan
polder untuk penampungan air.
Tanpa sadar kami berjalan
semakin dekat ke kincir angin yang dibangun sekitar tahun 1738-1740,
kemegahan dan pesonanya tetap memikat seakan tidak tersentuh jaman.
Selain pemandangan kincir angin yang berjumlah 19 buah, di kawasan
inipun terdapat beberapa jembatan dan dok dermaga kayu untuk
menyeberangi kanal yang berair tenang. Sepanjang jalan kamipun
melihat banyak bebek liar yang bermain di atas air kanal, juga
beberapa burung liar yang tidak bisa terbang, saya kurang tahu apa
namanya, tetapi anak-anak saya suka sekali berkejaran dengan burung
hitam kecil ini.
Tidak terasa jam sudah
menunjukkan pukul 19.30, tetapi langit masih terang, dan kamipun
terpaksa mengakhiri wisata sore di tempat yang indah ini, karena besok masih menunggu list berikutnya untuk di jelajahi, Amsterdam.
Bagi pengunjung yang tidak
membawa mobil, dapat mencapai tempat ini dengan naik kapal penumpang
atau waterbus dari Rotterdam, dan turun di dermaga Alblasserdam. Lalu
lanjut dengan jalan kaki sekitar 1 km.
No comments:
Post a Comment