Pemandangan Eiffel dari Trocadero
Menyebut negara
Prancis dan kota Paris, maka kata 'romantisme' langsung muncul
didalam pikiran. Paris adalah ibukota Perancis (saya rasa semua juga tahu). Ia juga dikatakan
sebagai kota romantis...(Terutama ketika dengan kekasih Anda), dan Perancis adalah bahasa cinta
(mmmm... Je T'aime). Dengan begitu banyak cinta di sekitar, saya tidak
pernah bosan kembali ke kota yang indah ini lagi dan lagi. Kota ini
dibelah oleh aliran sungai Seine dengan delta atau pulau kecil
bernama L'ile Saint Louis di utara Perancis, dan lokasinya yang
strategis membuatnya menjadi salah satu kota utama di Eropa, dan
salah satu kota wisata yang terkenal.
Ketika pertama
kali saya sampai di kota ini di bulan November yang dingin, kota ini
begitu menggoda saya. Dengan suasana kota yang berkilau, berpakaian dalam
sejuta peri lampu mewah. Lampu-lampu jalanan yang temaram, cuaca
dingin yang menyejukkan membuat suasana romantisme menjalar dalam
denyut kota sejuta cahaya ini, dan jangan takut kedinginan karena
suasana hati akan menghangatkan segalanya. Begitu banyak hal yang
ditawarkan di kota sejuta cahaya ini, harus dimulai darimana yah?
Lalu sayapun membuka catatan saya, list mana yang wajib dikunjungi
ketika di kota Paris. Pertama yang saya kunjungi tentu saja menara
Eiffel yang terkenal itu, orang bilang belum ke Paris kalau belum ke
menara Eiffel.
Begitu saya
sampai di Trocadero, dimana adalah tempat utama untuk menikmati
menara ini dari jauh. Menara ini begitu bersinar di malam hari,
bagaikan tugu yang diselimuti cahaya kerlap kerlip, rasa kagum dan keindahannya semakin membuat saya jatuh cinta. Setelah itu saya dan
suamipun berjalan mendekati menara ini untuk naik ke atas, tetapi
melihat antrian yang begitu panjang, sayapun memutuskan lain kali
saja naik ke atas menara ini.
Avenue Champs Elysees
Trotoar Champs Elysees
Setelah dari Menara Eiffel, list yang ke dua dan tiga adalah Champs-Elysees dan Arc de Triomphe. Saya sangat menikmati jalan disepanjang Champs-Elysees dengan lampu-lampu nan megah di kiri kanan bahu jalan hingga ke Arc de Triomphe. Sepanjang jalan ini dipenuhi dengan cafe-cafe, theater dan toko-toko berkelas seperti Louis Vitton, Cartier, Chanel, dll. Panjang jalan Champs-Elysees ini 1.9 km dan 70 m lebarnya yang terbagi 2 jalur, dengan trotoar yang lebar, serta bangku-bangku di tengah trotoar, yang sangat nyaman bagi pejalan kaki yang menikmati sepanjang jalan ini. Tidak heran bila jalan ini dikenal dengan nama La plus belle avenue du monde (jalan terindah di dunia).
Arc de Triomphe
de l'Etoile
Setelah
berjalan hampir 2 jam, sampailah kami di Arc de Triomphe yang
terletak di tengah bundaran place Charles de Gaulle. Monumen ini dibangun setelah kemenangan Napoleon Bonaparte atas Austria. kamipun
mengelilingi gapura yang berukuran 45m x 22m x 50m ini. Terdapat
begitu banyak relief yang menggambarkan perang Napoleon, dan juga
patung serta ukiran-ukiran lainnya. Setelah puas menikmati Arc de
Triomphe, dimana kami tidak sempat naik ke atas gapura untuk
menikmati pemandangan jalanan Champs-Elysees, dikarenakan kaki sudah
tidak bisa diajak kompromi lagi, maka kamipun kembali ke hotel,
untuk beristirahat. Kami perlu mengembalikan energi karena besok
masih ada list yang akan dikunjungi.
dan surga belanja di Paris
Air mancur di Place de la Concorde
Pada
hari kedua, kamipun menuju ke Place de la Concorde. Tempat ini bisa
dikatakan alun-alun kota yang berbentuk oktagonal dengan luas 6,5
hektar. Terletak di tengah-tengah kota antara Champs-Elysees dan
Tuileries Gardens. Sebagai alun-alun kota yang utama, Place de la
Concorde dikelilingi oleh delapan sudut paviliun yang dihiasi dengan
patung-patung yang mewakili kota-kota besar di Perancis (Bordeaux,
Brest, Lille, Lyon, Marseille, Nantes, Rouen dan Strasbourg).
Di
tengah alun-alun terdapat sebuah air mancur, dan disebelahnya kita
dapat melihat sebuah Obelisk Luxor. Obelisk dengan tinggi 23m ini
adalah monumen tertua di Paris yang berasal dari kuil Ramses II di
Luxor, Mesir, selain itu kita juga dapat meilihat tiang-tiang lampu
yang artistik di sekitarnya. Dimasa revolusi Perancis, alun-alun ini
bernama Place de la Rèvolution dan menjadi tempat dipancungnya raja
Louis XVI dan istrinya ratu Marie Antoinette.
Obelisk
Luxor
Salah satu trransportasi utk membawa turis di place de la concorde
Setelah
itu kamipun melanjutkan perjalanan ke museum Louvre, salah satu
museum terbesar di dunia, dan merupakan bekas istana kerajaan
Perancis. Salah satu hal yang menggoda saya untuk mengunjungi museum
ini tentu saja lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci. Pintu masuk
ke museum ini melalui sebuah piramida kaca yang dibangun tahun 1989. Setelah membeli tiket seharga 15 euro/ orang, kamipun mulai explore museum megah ini.
Museum ini begitu panjang dan luas, dan terdapat lebih dari 380 ribu objek pameran, dari prasejarah hingga abad-21, dan memajang lebih dari 35 ribu karya seni. Setelah saya sampai di buruan saya, yaitu lukisan Mona Lisa, sayapun sempat kecewa. Karena lukisannya tidak besar-besar amat, serta untuk bisa menikmatinya perlu perjuangan extra, karena begitu banyaknya pengunjung yang juga berburu si Mona Lisa. Setelah puas menikmati dan memandangi si empunya 'senyum misterius' itu, kamipun berlalu dan mengelilingi sudut-sudut lain di museum ini. Selain Lukisan mona Lisa, terdapat 2 masterpiece lainnya yang semakin terkenal setelah film 'The Code Da Vinci', yaitu Piramida Louvre dan Piramida Terbalik.
Museum ini begitu panjang dan luas, dan terdapat lebih dari 380 ribu objek pameran, dari prasejarah hingga abad-21, dan memajang lebih dari 35 ribu karya seni. Setelah saya sampai di buruan saya, yaitu lukisan Mona Lisa, sayapun sempat kecewa. Karena lukisannya tidak besar-besar amat, serta untuk bisa menikmatinya perlu perjuangan extra, karena begitu banyaknya pengunjung yang juga berburu si Mona Lisa. Setelah puas menikmati dan memandangi si empunya 'senyum misterius' itu, kamipun berlalu dan mengelilingi sudut-sudut lain di museum ini. Selain Lukisan mona Lisa, terdapat 2 masterpiece lainnya yang semakin terkenal setelah film 'The Code Da Vinci', yaitu Piramida Louvre dan Piramida Terbalik.
Museum Louvre
Lukisan Mona Lisa
Dari
museum Louvre, perjalanan dilanjutkan ke cathedral Notre Dame.
Cathedral yang selalu saya dengar ketika masih kecil karena cerita
Si Bongkok dari Notre-Dame atau The Hunchback of Notre-Dame karya
Victor Hugo. Cathedral yang bergaya gothik ini terletak di Île de la
Cité, yaitu salah satu pulau dari dua pulau alami di sungai Seine.
Untuk ke sana kita naik metro yang berhenti di stasiun St.Michel
Notre dame.
Cathedral ini dibangun pada abad ke-12, dan merupakan salah satu gereja katolik bergaya gothik dengan arsitektur terbaik di Eropa, serta masuk dalam situs warisan UNESCO. Selain interior dalam gereja yang indah, kita juga dapat menikmati pemandangan kota Paris dengan sungai seine-nya dari atas menara. Untuk naik ke atas menara, dikenakan biaya 8,5 Euro, selama 1,5 jam dengan 387 anak tangga yang harus kita naiki.
Cathedral ini dibangun pada abad ke-12, dan merupakan salah satu gereja katolik bergaya gothik dengan arsitektur terbaik di Eropa, serta masuk dalam situs warisan UNESCO. Selain interior dalam gereja yang indah, kita juga dapat menikmati pemandangan kota Paris dengan sungai seine-nya dari atas menara. Untuk naik ke atas menara, dikenakan biaya 8,5 Euro, selama 1,5 jam dengan 387 anak tangga yang harus kita naiki.
Pemandangan dari menara Notre Dame dgn patung gargoyle
interior katedral
Setelah
puas memandangi kota Paris dari atas menara Notre dame, kamipun
menuju ke list berikutnya, Montmartre, sebuah kawasan diatas
perbukitan, di bagian utara Kota Paris. Kawasan ini juga terkenal
sebagai tempat berkumpulnya para seniman, diantara mereka yang
terkenal seperti Vincent Van Gogh, Pablo Picasso, Claude Monet, dll.
Karena begitu banyaknya seniman yang tinggal di sini sebelum mereka
terkenal dan juga kehidupan yang berwarna warni, maka kawasan ini
menjadi salah satu tempat paling romantis di Paris. Terdapat begitu
banyak tempat-tempat menarik di distrik ini, dan ada 2 tempat yang
menjadi buruan saya, yaitu Basilique du Sacré-Coeur dan Moulin
Rouge.
Kamipun
mengambil metro jurusan ke Abbesses, stasiun metro terdekat ke
Basilique du Sacré-Coeur. Sepanjang jalan menuju ke Basilika
tersebut kami melewati restoran-restoran yang unik dan klasik yang
berdiri berdempetan di tepi jalan-jalan yang berbatu dan berliku,
sempit, dan kadang menanjak dengan tangga yang sempit dan curam, dan tentu saja selalu
dihiasi dengan tiang tiang lampu klasik dan menawan. Ketika kami menaiki tanngga
yang menuju ke Basilique du Sacré-Coeur, tidak ada rasa cape selama menaiki tangga yang curam ini, dikarenakan pemandangan pepohonan yang berganti warna dengan sebagian yang sudah gundul yang
berjejer di sepanjang kiri kanan tangga. Selain naik dengan tangga yang
curam, kita juga bisa naik dengan kereta mini menuju ke basilika yang
berwarna putih tersebut.
Basilique
du Sacré-Coeur dari samping kanan
Ketika
pertama kali saya melihat basilika yang serupa dengan mesjid ini,
sangat menarik perhatian saya, dikarenakan bentuknya dan warna putih
yang menyelimuti seluruh bangunan ini. Bangunan bergaya
Byzantine-Romanesque ini terbuat dari batu travertine, yang terus
menghasilkan calsite, suatu senyawa yang menghasilkan warna putih
ketika bercampur dengan air hujan, sehingga dinding bagian luar
basilika ini akan tetap terlihat putih bersih. Sungguh menghemat
biaya untuk membersihkan gedung yang dibangun pada tahun 1875 ini.
Di
sekeliling basilika ini terdapat banyak pelukis jalanan, yang
menawarkan lukisan dari gaya impresionis hingga karikatur, dan
terdapat berbagai atraksi lainnya yang ditawarkan kepada pengunjung.
Walaupun di bulan November yang dingin, tetap banyak turis yang duduk
di sepanjang anak tangga yang menuju basilika, sambil menikmati
pemandangan kota Paris dengan gratis tentunya
dan yang pasti tanpa antrian panjang, serta di iringi musik dari
pengamen jalanan. Dan tentu sayapun menikmati pemandangan ini bersama
dengan suami tercinta.... Ahhhh saya telah tergoda di kota sejuta
cahaya ini.
Pantomin dekat tangga naik ke Basilika
Perjalanan
kamipun dilanjutkan dengan tujuan terakhir kami, Moulin Rouge yang
terletak di distrik Pigalle, distrik yang terkenal dengan kehidupan
malamnya. Moulin Rouge dengan kincir angin dan nyala lampu merahnya
mengingatkan saya akan sebuah film yang dibintangi Ewan McGregor dan
Nicole Kidman dengan judul yang sama. Moulin Rouge adalah salah satu
club malam yang menyajikan hiburan kabaret di Montmartre. kawasan ini
termasuk red-light district, dengan gedung yang menawarkan live show
dan deretan sex shop yang saling berdampingan dengan kafe dan toko cendera
mata di tepi jalannya.
Perjalanan saya menjelajahi Kota sejuta cahaya ini akan dilanjutkan pada catatan saya yang lainnya pada kunjungan saya yang berikut di kota ini. Sisi Lain Kota Paris .
Perjalanan saya menjelajahi Kota sejuta cahaya ini akan dilanjutkan pada catatan saya yang lainnya pada kunjungan saya yang berikut di kota ini. Sisi Lain Kota Paris .
HAPPY TRAVELING.....
No comments:
Post a Comment