Monday 29 June 2020

Asal Usul Hari Bakcang





Masyarakat China di seluruh dunia termasuk  warga Tionghoa di Indonesia merayakan festival Perahu Naga (Dragon Boat Festival) atau dikenal festival Peh Cun atau festival Bakcang tanggal 25 Juni.  Dan kita dapat melihat berbagai jenis bakcang dijual….  Begitu juga dengan masyarakat keturunan China di Prancis, Paris khususnya, mencicipi bakcang kesukaan pada perayaan Peh cun adalah suatu kewajiban, makanya saya dengan mudah dapat menemukan bakcang di wilayah ini.

Peh Cun berasal dari Dialek Hokkian yang dipendekkan dari Pe Liong Cun, yang bermakna “mendayung perahu naga”.

Dari catatan sejarah dan cerita turun temurun masyarakat Tionghua, asal usul festival ini dapat dikaitkan dengan kisah Qu Yuan, seorang pejabat patriotik Negara Chu di Zaman Negara-negara Berperang, Tiongkok Kuno.

Qu Yuan adalah seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya, banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu. Namun sayang, ia dikritik oleh keluarga raja yang tidak senang padanya yang berakhir pada pengusirannya dari ibu kota negara Chu.

Setelah Negara Qin yang di bawah kepemimpinan Kaisar Qin Shi Huang menaklukkan Negara Chu, Qu Yuan yang mendapatkan kabar buruk tersebut di pengasingan, bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo pada tanggal 5 bulan 5 menurut kalender imlek.

Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah Qu Yuan.

Kemudian, mereka membungkus nasi tersebut dengan daun-daunan yang diyakini sebagai asal usul bakcang sekarang. Dan para nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.



Dragon Boat race (foto internet)



Tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun sejak Dinasti Jin. Sebelumnya, walaupun bakcang telah populer di Tiongkok, tetapi belum menjadi makanan simbolik festival ini.
Bentuk bakcang sebenarnya juga bermacam-macam dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bakcang tadi.


Di Taiwan, pada zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bakcang yang dibawa oleh pendatang dari Provinsi Fujian adalah bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi bakcang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging. Ada yang isinya sayur-sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi yang kemudian dimakan bersama serikaya, gula manis dan sebagainya.


 Kicang atau bakcang manis tanpa isi (foto internet)




Dan di daerah Asia Tenggara terutama di Malaysia, Singapura dan Indonesia, sebagai wujud penyerapan budaya setempat, muncul juga dengan Bakcang dengan citarasa lokal. Bakcang Nyonya yaitu bakcang yang diperkaya dengan bumbu-bumbu kuliner peranakan, adalah salah satu contoh makanan perpaduan citarasa Tionghua dan Melayu yang paling menonjol.






Sumber: Batam Xinwen



Monday 1 June 2020

Keunikkan Stasiun Metro Arts et Métier - Paris






Kota Paris yang terkenal akan seninya, dapat kita jumpai hampir di setiap sudut kota romantis ini, salah satunya di stasiun metro Arts et Métier (dibaca art e metjie) yang berarti seni dan pekerjaan.


Stasiun yang dibuka pada 19 October 1904 ini melayani metro line 3 dan 11. Nama ini diberikan karena museum Arts et Métier yang terletak diatas stasiun metro ini.
Keunikkan dari platform jalur 11 ini adalah rancangan ruangan kapal selam yang serba logam. Dekorasi kapal selam ini membawa para penumpang kereta bawah tanah seakan-akan masuk dalam dunia misterius kapal selam. Terdapat beberapa lubang jendela, dimana para pengunjung dapat melihat beberapa miniatur pameran koleksi dari museum, seperti , konverter Gilchrist-Thomas (diciptakan pada 1877 untuk membuat baja), turbin air, dan satelit Intelsat.


Platform di stasiun Jalur 11 yang unik ini dirancang oleh seniman Belgia François Schuiten, yang bersama-sama dengan Benoît Peeters pencipta seri buku komik terkenal pada tahun 1994. Terdapat 800 lembar panel tembaga untuk mendekorasi dinding platform ini, yang mengingatkan kita akan novel klasik  Jules Verne, ’20.000 Leagues Under the Sea’ (1869) dan ‘The Mysterious Island’ (1974). Semua dekorasi di sini di dekor dengan  tembaga, bahkan tong sampah juga. Dan di langit-langit platform terdapat panel roda gigi besar, yang tampak seperti mesin jatuh dari museum Arts et Métiers yang menembus hingga ke bawah.










Jadi bila anda rencana atau sedang berkunjung ke Paris, tidak ada salahnya menikmati keindahan stasiun metro ini, dijamin anda pasti akan terpukau olehnya.






HAPPY TRAVELING .....