Friday 11 December 2015

Menyusuri Keindahan Lembah Aosta, Italia







Setelah perjalanan di wilayah Jungfrau (Lauterbrunnen, Murren, Interlaken dan Brienz) Swiss, kamipun melanjutkan trip musim gugur menuju ke Lembah Aosta di Italia, yang berbatasan dengan Swiss dan Perancis. Dalam perjalanan dari Swiss menuju ke Lembah Aosta, kami sangat menikmati pemandangan pegunungan dan lembah disepanjang jalan yang berkelok-kelok. Gunung yang berhiaskan salju di puncaknya, lembah nan indah dengan desa yang bertebaran disepanjang tebing, serta kawanan ternak di hamparan padang nan hijau. 




 Jalan pegunungan yang berkelok2 cukup tajam



Dan sebelum memasuki wilayah Italia, kami melewati terowongan jalan raya dengan sisi kanan yang terbuka, dimana kami dapat menikmati pemandangan danau dengan bendungannya yang megah.

Dan akhirnya kamipun mulai memasuki kawasan lembah Aosta, suatu lembah yang dikelilingi pegunungan: Cervino, Monte Rosa, Gran Paradiso dan Mont Blanc. Lembah Aosta adalah suatu region terkecil di Italia. Dan ibukota lembah Aosta dengan nama yang sama, Aosta.



Ketika sampai di hotel, hari telah menjelang sore, dan kamipun menikmati pemandangan pegunungan dan kota Aosta dari sekitar hotel. Setelah puas menikmati sore disekitar hotel, kami menuju rumah seorang teman dan makan malam dengan keluarga kecilnya. Dan setelah mengobrol, kamipun tahu bahwa di lembah ini bahasa yang di pakai selain Italia juga bahasa Perancis, maka tidak heran bila tanda jalan atau papan nama terdapat dua bahasa Italia dan Perancis.

Setelah makan malam kami kembali ke hotel dan beristirahat untuk mempersiapkan tenaga untuk perjalanan esok hari.



Pada keesokkan paginya, saat saya membuka jendela kamar, mata sayapun langsung segar dengan pemandangan pegunungan nan megah serta kota Aosta yang terletak di kaki pegunungan, sungguh mengagumkan pemandangan pagi yang tersaji. Dan kamipun menikmati pemandangan ini dengan sarapan di balkon hotel. 



 Pemandangan dari jendela hotel


Setelah sarapan, kamipun memulai perjalanan keliling kota Aosta. Kota yang dibangun pada masa Romawi pada tahun 25 sebelum masehi ini merupakan kota yang terletak di jantung lembah Aosta (580 m diatas permukaan laut), dan dilewati dua buah sungai serta dikelilingi pegunungan nan menjulang, Grand Combin dan gunung Velan diutara, Monte Emilius dan Becca di Nona di selatan, dan pegunungan Rutor di barat. Walalupun lembah Aosta adalah region terkecil di Italia, tetapi merupakan suatu region penghasil anggur serta menjadi resort ski yang dikagumi. 


Setelah kami memarkir mobil, perjalananpun dimulai dari pusat kota yang penuh dengan bangunan peninggalan Romawi. Disepanjang jalan pusat kota ini, kita temukan berbagai jenis toko di sisi kiri dan kanan jalan, toko suvenir, kue, baju, minuman, restaurant, cafe, dan lain-lain. 



 
Salah satu jalan di pusat kota


 
Dan disepanjang jalan ini juga kita dapat menikmati tiap bangunan peninggalan Romawi. 
Yang pertama kami lihat ketika memarkir mobil adalah Arch of Ausgustus, sebuah gapura Romawi yang dipersembahkan kepada kaisar Augustus. Gapura ini adalah sebagai jalan masuk ke pusat kota yang menuju ke  Arch of Ausgustus, suatu gerbang utama masuk ke kota Praitorian pada masa Romawi. Gerbang Praitorian ini mempunyai 3 pintu masuk yang berbentuk lengkungan, dua berbentuk kecil di kiri dan kanan serta satu besar terletak di tengah. Dan di gerbang ini pula kita dapat temukan office tourisrme, dimana bila membutuhkan informasi lebih lengkap tentang kota Aosta serta lembah nan cantik ini.



  Arch of Ausgustus





Praitoria Gate

 
Tidak jauh dari Praitoria Gate, kamipun bertemu sebuah menara berbentuk segi empat yang di bangun pada abad pertengahan, yaitu Tower of Signori Sancti Ursi. Dan di sebelah kiri dari menara ini terdapat reruntuhan teater Romawi, yang masih menyisakan dinding serta tempat duduk penonton yang terbuat dari batu. Walaupun arena ini tidak sehebat seperti Colosseum di Roma atau Arena di Nimes, tetapi sisa peninggalan bangunan ini menunjukkan akan kehebatan arena ini pada masanya. Adapun pada abad pertengahan, banyak rumah penduduk dibangun diatas arena ini sehingga sisa arena inipun ditelan oleh pemukiman penduduk. Akhirnya pemerintah merestorasi bangunan arena ini, dan merubuhkan rumah penduduk yang berdiri diatasnya.




 Tower of Signori Sancti Ursi




 Teater  Romawi




Reruntuhan Tempat duduk dlm teater

 
Setelah puas menikmati sisa Arena Romawi, kamipun menuju ke Town Hall/balai kota, bangunan megah bergaya neo clasiccal ini dibangun pada tahun 1839 dan berfungsi sebagai balai kota pada masa kini. setelah itu kamipun lanjut menuju ke Cathedral di Santa Maria Assunta, katedral yang telah berdiri sejak abad ke 4. Saya sangat mengagumi berbagai lukisan di sekitar pintu masuk, lukisan di dinding dengan berbagai warna nan indah. 

Dan di samping katedral terdapat sebuah situs yang sangat mengagumkan, sebuah harta karun yang terpendam, Criptoporticus. Bangunan yang berupa lorong ini terdapat di bawah tanah dengan mencakup wilayah yang cukup luas. Tetapi hanya sebagian kecil yang bisa dimasuki turis, dan lainnya masih dalam proses perbaikkan dan masih dalam penggalian. Dan belum ada info yang pasti apakah fungsi bangunan ini, ada yang mengatakan sebagai pasar tertutup, ada yang mengataan sebagai jalan ketika musim dingin dan sebagain mengatakan sebagai tempat militer. Apapun alasannya tempat ini wajib dikunjungi.



Cathedral di Santa Maria Assunta




 Lukisan dinding dipintu masuk katedral




 Criptoporticus




Setelah dari Criptoporticus kamipun lanjut berjalan di pusat kota ini sambil menikmati gelato khas Italia. Tidak jauh dari katedral terdapat gedung Balai Kota yang bergaya Neo Klasik dari tahun 1839, dan disebelahnya gedung Hotel des Etats yang saling berdampingan. Balai kota dan alun-alun sekitarnya dinamai Chanoux, yaitu seorang martir yang melawan penghancuran gereja San Francesco dan Friary, Emilio Chanoux.


Saat menyusuri jalanan di pusat kota, ketika melewati sebuah toko minuman, kamipun tertarik untuk membeli beberapa minuman khas Italia, Grappa dan Genepy praduksi Aosta, serta tegolose kue coklat khas Lembah Aosta. Minuman Grappa ada yang dicampur dengan bunga-bungaan, buah-buahan, bumbu, daun-daunan, bahkan ada yang di campur dengan ular! Cukup indah dan seram juga.


 Balai Kota



Minuman Grappa





Setelah keliling di kota Aosta, kamipun lanjut ke Château de Fénis/ Fenis Castle atau kastil Fenis, terletak di kota Fenis 13 km dari kota Aosta. Kastil dengan bentuk pentagon yang terkenal dengan banyak menara ini dibangun pada abad pertengahan, dan menara yang indah ditambahkan oleh Aimone of Challant pada abad ke-14.

Tiket masuk ke kastil ini 5.00 euro per orang dan dipandu oleh seorang guide dengan bahasa Italia atau Perancis. Ketika kaki menginjak di halaman depan kastil, dimana terdapat tangga naik ke atas kastil, saya berhenti dan terkagum-kagum dengan lukisan dinding yang menakjubkan. Lukisan satria berkuda yang sedang menyelamatkan seorang putri nan jelita, lukisan yang indah bagai dalam buku dongeng.

Didalam kastil terdapat ruang tidur, ruang tamu, ruang dapur serta kapel dilantai pertama, dan pada lantai bawah terdapat ruang makan, dapur serta beberapa senjata.




 Kastil Fenis



 Menikmati Lukisan Dinding




 
Usai tur di kastil Fenis, Saat matahari mulai kembali ke peraduannya, kamipun kembali ke pusat kota Aosta untuk menikmati suasana sore menjelang malam saat lampu sorot mulai memperlihatkan kemegahan pada tiap bangunan tua.








Dan pada keesokkannya, sebelum kembali ke Perancis, kami menyempatkan diri ke sebuah industri rumahan pembuatan keju dan juga industri rumahan pembuatan grappa. Kami sangat menikmati kunjungan ini, dimana kami dapat melihat dan belajar pembuatan keju secara tradisional dan juga pembuatan grappa, minuman khas Italia.




Industri Rumahan Pembuatan Keju


Oh ya satu pengalaman di pagi sebelum kita berangkat pulang, saat menunggu suami ke ATM, saya dan anak-anak menunggu di mobil dan kami melihat sebuah stand minuman susu segar. Untuk mendapat satu liter susu segar hanya memasukkan koin 1.00 euro saja. Ahhhh lumayan buat di jalan bila anak haus minuman segar nan sehat.





Happy Traveling....

Ngetrip ke mana lagi....
 

2 comments:

Tira Soekardi said...

wooow keren bangte pemandangannya, jadi mupeng ke sana

Diary si kepik said...

@Tira Soekardi Ayooo dimariiiiii.... tempatnya asyik...