Monday 15 December 2014

Jelajah Singkat di Kalimantan Timur




Pantai Melawai


karena kunjungan singkat ke Kalimantan Timur, saya dan seorang temanpun membuat list kota mana saja yang akan kami kunjungi, dan pilihanpun jatuh pada Balikpapan, kota minyak yang bersih dan modern, Samarinda, ibu kota provinsi kalimantan Timur, serta Tenggarong dengan peninggalan sejarah Kutai Kertanegara yang mempesona.

Ketika kami mendarat di bandara Internasional Sepinggan/ bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, kamipun terpeson akan keindahan bandara ini, modern dan bersih. Setelah itu kamipun keluar dan mencari mobil sewaan untuk ke hotel dan mengelilingi kota ini. Dalam perjalanan menuju ke kota Balikpapan, kami melalui jalanan yang bersih dan mulus, begitu juga dengan jalanan didalam kota semuanya bersih, tidak heran bila kota ini mendapat gelar kota Adipura yang disandangnya selama 13 tahun. 


Ketika sampai di Hotel, hari sudah mulai sore, lalu kamipun menuju ke pantai Melawai untuk makan malam dan menikmati suasana pantai di kota minyak ini. Sebelum sampai di pantai, kami menyempatkan diri berjalan-jalan di pelabuhan lokal dengan rumah penduduk di tepian pantai. Rumah-rumah yang berdiri dengan tiang-tiang kayu atau bambu diatas pantai dengan ombak yang cukup tenang serta kehidupan penduduk nelayan yang asri dengan alam pantainya, sungguh pemandangan yang indah.


Ketika sampai di pantai Melawai, penduduk setempat yang berjualan makanan mulai mendirikan tenda dan keluarkan meja dan bangku serta ada juga tempat untuk lesehan. Sambil menunggu persiapan tenda, kami memutuskan jalan-jalan di sekitar pantai, dan ternyata banyak muda mudi yang sedang memadu kasih, tidak ketinggalan juga pasangan suami istri yang berjalan-jalan menikmati sore di pantai ini. 
Di tengah pantai terdapat sebuah pulau kecil, pulau Babi namanya. Bila air surut para pengunjung dapat berjalan hingga ke pulau kecil ini. 

Ketika tenda makanan sudah siap, kamipun duduk di lesehan dan memesan makanan sambil menikmati matahari yang sebentar lagi akan terbenam. Namun sayangnya langit mendung dan awan begitu pekat, sehingga saat matahari terbenam yang terlihat hanya awan gelap yang menggelantung di langit. 
Setelah menikmati nasi hangat, cah kangkung dan kepiting, kami kembali ke hotel untuk beristirahat untuk mempersipkan perjalanan esoknya.




 Rumah di tepian pantai


Pada hari ke-2, setelah sarapan di hotel kami berangkat ke kawasan wisata Bukit Bangkirai yang terletak di kecamatan Samboja, kabupaten Kutai Kertanegara. Hampir 2 jam perjalanan dari Balikpapan ke kawasan ini. Wisata ini menawarkan pesona hutan hujan tropis yang masih alami, dan CanopyBridge (Jembatan Tajuk) dengan panjang 64 meter yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai di ketinggian 30 meter. Canopy Bridge ini telah menjadi salah satu pilihan wisata wajib bagi turis yang berkunjung ke Balikpapan. Canopy Bridge ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat. 



 Gerbang masuk ke Bukit Bangkirai


Ketika kami sampai di gerbang dengan tulisan 'Welcome/ Selamat Datang Kawasan Wisata Alam Bukit Bangkirai', dengan gapura yang dihiasi perisai khas ukiran suku dayak di kiri kanan, Suasana damai dan tenang sangat terasa di sini, hanya terdengar suara burung dan serangga tanpa ada kebisingan kendaraan perkotaan. Dan untuk mencapai ke Jembatan Tajuk ini, kami harus berjalan sekitar 300 m dari pintu masuk utama. 
Kami melewati jalan setapak dengan tangga-tangga dan dikelilingi pohon-pohon besar nan menjulang tinggi, dan bahkan ada beberapa pohon terdapat tanaman merambat yang menjuntai. Lalu teman saya mencoba berayun bak tarzan... Tetapi sepertinya teman saya ini keberatan body hahaha....


Setelah itu kami juga melewati tangga-tangga jembatan dengan ketinggian hanya beberapa meter saja. Akhirnya sampailah kami di Canopy Bridge ini, sebuah pohon dengan tangga-tangga kayu yang memutar untuk naik ke atas. 


Adapun jembatan ini menghubungkan pohon-pohon bangkirai dengan tali baja dengan ketinggian kira-kira 30 meter dari atas permukaan tanah. Pemandangan yang disuguhkan adalah hutan asri yang hijau dengan semilir angin yang menyapu wajah, serta berbagai bunyi suara burung dan serangga yang saling bersahutan. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di jembatan ini, ada rasa takut, tetapi karena kokohnya jembatan, dan indahnya panorama yang tersaji, maka semua rasa takut itu hilang tergantikan rasa kagum tiada hentinya.


Setelah puas menikmati pemandangan hutan dan berjalan-jalan di jembatan ini, kami kembali ke parkiran mobil dan melewati kawasan penginapan dengan cottage yang ditata asri. 

Adapun biaya tiket Canopy Bridge harganya Rp 15.000 untuk turis domestik dan Rp 30.000 untuk turis mancanegara, dan harga tiket masuk sepeda motor tarifnya Rp 2.000, mobil sedan atau sejenis Rp 5.000, bus atau minibus Rp 10.000.




 
Tangga naik ke atas Jembatan Tajuk




 
Berjalan di Jembatan Tajuk





 
Jembatan Tajuk dilihat dr bawah





Pemandangan hutan yg hijau dr jembatan Tajuk




Perjalanan lanjut menuju ke Tenggarong, dan kami melewati Samarinda, tetapi tidak mampir, karena akan menjadi tujuan akhir setelah dari Tenggarong. Adapun Tenggarong dengan julukannya 'Kota Raja', adalah ibu kota kabupaten Kutai Kertanegara, wilayah ini dulunya merupakan ibu kota Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. 

Kota Tenggarong awalnya bernama Tepian Pandan ketika ibu kota kerajaan ini dipindahkan pada 28 September 1782 dari Pemarangan oleh Aji Imbut yaitu Raja Kutai Kartanegara ke-15 (Aji Muhammad Muslihuddin). Nama Tepian Pandan kemudian diubah menjadi Tangga Arung yang artinya rumah raja. Dalam penyebutannya kata Tangga Arung kemudian populer dengan sebutan Tenggarong.


Pulau Kumala dgn Sky Towernya


Ketika sampai di tenggarong, kami harus menyeberang ke pulau Kumala untuk sampai di hotel dimana kami menginap. Pulau yang terletak di tengah sungai Mahakam yang melewati kota Tenggarong ini dengan luas 85 hektar, dan merupakan sedimentasi lumpur yang membentuk tanah. 
Dan hotel kami terletak di pulau yang cantik ini. Terdapat 2 jenis penginapan di pulau ini, yaitu: cottage dan hotel dengan 2 lantai. kami memilih cottage dengan bangunan kayu yang berdiri diatas tiang-tiang dengan ruang dibawahnya. 

Setelah check in dan meletakkan semua barang bawaan, kamipun menyeberang ke Tenggarong untuk makan malam. Kami menemukan sebuah restoran dengan pemandangan sungai Mahakam. Sambil menikmati makanan dengan pemandangan tepian sungai Mahakam, dengan lampu-lampu yang berkedap kedip dengan indahnya, serasa dunia milik kita berdua hahahaha

Setelah selesai menikmati makan malam, kamipun menyeberang kembali ke pulau Kumala dan berkeliling disekitar cottage dengan pemandangan jembatan gantung Tenggarong yang bersinar dimalam hari. 
Jembatan tenggarong adalah jembatan yang menghubungakan kota Tenggarong dengan kecamatan Tenggarong Seberang yang menuju ke Kota Samarinda. Tetapi sayang jembatan ini runtuh setelah berumur 10 tahun, untung kami masih sempat menikmati indahnya jembatan ini. Setelah puas menikmati pemandangan malam di sebagian kecil pulau ini, kamipun kembali ke hotel.



 Cottage kami



Pemandangan jembatan Tenggarong  dimalam hari dr Pulau Kumala




Keesokkan harinya, Setelah menikmati makan pagi, kamipun keliling lebih jauh di pulau ini, dimana terdapat kawasan rekreasi keluarga yang hampir mirip dengan Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta. Untuk berkeliling di sekitar pulau, mobil wisata disediakan dengan harga tiket Rp3.000,00 – Rp4.000,00 per orang untuk setiap perjalanan. Adapun fasilitas yang paling terkenal adalah Sky Tower dimana para pengunjung bisa melihat seluruh pulau dan kota Tenggarong dari menara tinggi 100 meter. Menara ini bisa berputar berlahan-lahan sehingga para pengunjung bisa melihat seluruh pulau. Atraksis lain yang disediakan antara lain adalah mobil bumper, Lamin Beyoq, Lamin Mancong, dan Lamin Wahau, komedi putar, patung Lembuswana, kolam air mancur, Danau Pesut dll. Serta terdapat cable car untuk menyebrang ke Tenggarong seberang. 



 Salah satu rekreasi di pulau Kumala



 Rumat adat Dayak di pulau Kumala



 cable car



 pemandangan rumah penduduk di tepi sungai Maham dr cable car



 Pemandangan pulau dr cable car



Setelah menjelajahi taman rekreasi ini, kami lanjut menuju ke museum Mulawarman, Bangunan ini merupakan bekas keraton Kesultanan Kutai Kartanegara yang dibangun pada tahun 1936. Didalam museum ini dapat dilihat beraneka macam koleksi benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan Kutai Kartanegara. Benda-benda budaya dari daerah Kutai, koleksi keramik kuno, koleksi uang kuno, dan masih banyak lagi. 

Museum Mulawarman terletak di Jalan Diponegoro dan dibuka setiap hari (kecuali Senin) mulai jam 08.00 hingga 16.00. Di depan museum ini terdapat patung Lembuswana, yang dicirikan sebagai berkepala singa, bermahkota (melambangkan keperkasaan seorang raja yang dianggap penguasa dan mahkota adalah tanda kekuasaan raja yang dianggap seperti dewa), berbelalai gajah (Leman artinya gajah, melambangkan dewa kecerdasan), bersayap garuda, dan bersisik ikan. Lembuswana adalah hewan dalam mitologi rakyat Kutai yang hidup sejak zaman kerajaan Kutai.

Dibelakang museum, pengunjung bisa berbelanja cinderamata khas budaya Dayak, batu perhiasan, manik-manik, maupun cinderamata lainnya. Dan sayapun membeli kain dan perhiasan khas Dayak.
Setelah keliling di kota ini, kami kembali ke hotel untuk mempersiapkan perjalanan esok harinya.



 Museum Mulawarman dgn patung lembuswana



 Singgasana dlm museum



 Toko suvenir

 
Esok paginya, kami berangkat ke Balikpapan dan berhenti di Samarinda. 
Samarinda adalah ibu kota provinsi Kalimantan Timur, kota yang dilewati oleh sungai Mahakam juga. Untuk merasakan perjalanan yang berneda, kami menyewa perahu lokal untuk menikmati alam sungai Mahakam. Pemandangan rumah penduduk di tepian sungai dan segala aktifitas di sungai Mahakam yang sibuk menjadi pemandangan yang unik, dan kami sangat menikmatinya. Sungai Mahakam adalah jalur transportasi yang sibuk di wilayah Kalimantan Timur, maka tidak heran bila segala aktifitas terjadi di sungai ini.



 Transportasi di sungai Mahakam yg menghubungi satu kota dgn kota lain



 Pemandangan rumah penduduk di tepi sungai



kehidupan di tepi sungai


Setelah puas berkeliling dengan perahu, kamipun lanjut ke Balikpapan dan terbang kembali ke Jakarta. Sungguh suatu perjalanan singkat yang selalu melekat di hati akan keindahan provinsi ini.

Harga yang tercantum sewaktu-waktu dapat berubah, jadi mohon di cek info harga-harga tersebut.


Happy Traveling....

No comments: